Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 241
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 241
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
KOMPAS.TV - Introvert dan ekstrovert. Mungkin kedua jenis kepribadian itu kita tahu dan sudah sering mendengarnya.
Psikolog Klinis Pritta Tyas Mangestuti, M.Psi memaparkan jika kedua kepribadian ini merupakan sebuah cara bagaimana seseorang kembali mendapatkan energinya.
"Kalau introvert itu mengambil energi dari dirinya sendiri, jadi kalau dia punya masalah lebih suka untuk direnungkan lebih dahulu daripada buru-buru minta pendapat orang lain atau malah nongkrong," ujar Pritta kepada tim Kompas TV.
Namun bukan berarti mereka yang introvert tidak bisa berkumpul dengan orang banyak ya, Sahabat Kompas TV.
Pritta menjelaskan bisa saja mereka beradaptasi, hanya saja hal itu cenderung akan menguras energi seorang introvert.
Sebaliknya, mereka yang ekstrovert justru akan mencharge energi dengan bertemu orang banyak atau nongkrong bareng.
Meski kedua kepribadian ini sangat bertolak belakang, Pritta menjelaskan bahwa tidak bisa menjadikan ekstrovert atau introvert sebagai suatu alasan seseorang untuk tidak bisa melakukan sesuatu.
"Tapi bukan berarti kita udah mengenali, oh saya introvert oh saya ekstrovert, jangan dijadikan excuse berarti saya nggak bisa lah untuk memimpin meeting. Atau saya ekstrovert, saya suka ngomong ceplas-ceplos saya lebih suka spontan, saya nggak bisa lah mempertimbangkan sesuatu lama-lama, jangan dijadikan excuse juga, kita tetap harus belajar," lanjutnya.
Nah, terkait kemampuan kedua kepribadian tersebut dalam beradaptasi, sangat penting loh untuk tahu karakter kamu.
"Kita tahu supaya kita bisa mengantisipasi diri, dalam hal-hal apa sih saya itu perlu hati-hati," ujar Pritta.
"Saya ektrovert, saya kecenderungannya spontan kalau ngomong, kecenderungannya ngomong dulu baru dipikir, terlalu spontan. Nah berarti saya perlu sadari nih, saya kalau mau bicara mesti dipikir dulu," sambungnya.
Namun meski berbeda karakter, ternyata kedua kepribadian ini bisa saling melingkapi, loh.
Nah untuk tahu lebih lengkap, simak yuk pembahasannya bersama dengan Psikolog Klinis Pritta Tyas Mangestuti, M.Psi melalui Zoom.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.