JAKARTA, KOMPAS TV - Pengamat sepak bola sekaligus Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali menyebut penembakan gas air mata dalah masalah pertama yang memicu banyaknya korban jiwa.
Hal tersebut digunakan petugas dan akhirnya membuat para suporter berdesakan hingga terinjak dan kehabisa napas.
"Problem pertama adalah penembakan gas air mata ke arah tribun penonton, yang menjadi penyebab banyaknya korban meninggal," ucap Akmal pada KompasTV, Minggu (2/10).
Baca Juga: Pertemukan Arema & Persebaya, Apa Penyebab Kericuhan di Pertandingan di Stadion Kanjuruhan?
Akmal menyoroti aturan FIFA yang sebenarnya tidak memperbolehkan penggunakan gas air mata dalam pengamaman di stadion pertandingan sepak bola.
"Pasal 19 poin B senjata dan gas air mata tidak boleh masuk ke dalam lapangan sepak bola untuk pengamanan pertandingan sepak bola," ungkap Akmal.
"Gas air mata berdasarkan aturan FIFA tidak boleh masuk lapangan," lanjutnya.
Tragedi ricuh dan desak-desakan terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, usai laga Liga 1 antara Arema dan Persebaya, Sabtu (1/10).
Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta memaparkan kronologi tragedi Kanjuruhan, yang dimulai ketika sejumlah suporter Arema masuk area lapangan.
Untuk pengalaman, petugas polisi di lapangan gunakan gas air mata.
"Karena gas air mata, mereka pergi ke luar ke satu titik. Di pintu keluar," ujar Nico, Minggu dini hari (2/10).
"Kemudian terjadi penumpukan. Di penumpukan itu lah terjadi sesak napas, kurang oksigen," ucapnya.
Video Editor: Bara Bima
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.