Kompas TV saintek teknologi

Starlink dan Elon Musk Dapat Karpet Merah? Pakar Sebut Kebobolan Data Informasi Jadi Isu Penting

Kompas.tv - 21 Mei 2024, 19:30 WIB
starlink-dan-elon-musk-dapat-karpet-merah-pakar-sebut-kebobolan-data-informasi-jadi-isu-penting
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bersama pendiri SpaceX, Elon Musk, meresmikan layanan internet Starlink di Puskesmas Sumerta Kelod, Denpasar, Bali, Minggu (19/5/2024). (Sumber: Bloomberg)
Penulis : Ade Indra Kusuma | Editor : Gading Persada

3. Terminal Starlink mudah dipasang

Internet Starlink praktis digunakan, dengan cara merakit terminal persegi berukuran 30,5 cm, antena, dan kabel yang terkonteksi ke router WiFi. Alat ini dapat dipasang di permukaan datar apapun termasuk tanah atau atap.

Kit milik Starlink dilengkapi panduan pemasangan dan instruksi unduh aplikasi Starlink untuk menyiapkan perangkat. Proses pemasangannya singkat kurang dari 30 menit.

4. Bisa menjangkau daerah terpencil

Starlink menyediakan layanan internet tanpa bergantung pada infrastruktur telekomunikasi fisik dan konvensional seperti kabel panjang. Karena itu, layanan ini memungkinkan disediakan hingga daerah terpencil.

Starlink bahkan dapat bekerja saat jalur telekomunikasi putus dan mati listrik.

Kekurangan Starlink

Meskipun memiliki sederet keunggulan, Starlink memiliki sejumlah kekurangan yang dapat memengaruhi layanan internetnya. Berikut beberapa kekurangan Starlink.

1. Letak terminal internet wajib minim halangan

Terminal Starlink harus diposisikan di area dengan pemandangan langit tanpa halangan. Perangkat ini tidak boleh ditempatkan di dekat pohon atau bangunan tinggi. Starlink bekerja paling baik jika ditempatkan di tanah terbuka atau di atas atap. Pasalnya, frekuensi jaringannya tidak akan dihalangi penghalang fisik maupun gangguan cuaca.

Baca Juga: Kritisi Starlink Milik Elon Musk Masuk, Andre Rosiade: Indonesia Lebih Butuh Kerja Sama Investasi

2. Lebih mahal dari layanan lain

Diberitakan Kompas.com, Jumat (17/5), Starlink memiliki harga berlangganan yang lebih mahal daripada penyedia layanan internet asal Indonesia. Biaya langganan provider internet lokal dengan kecepatan mencapai 250 Mbps berkisar Rp 400.000-Rp 500.000 per bulan. Sementara langganan Starlink dibanderol Rp750.000 per bulan.

3. Lebih cocok untuk wilayah terpencil

Starlink diciptakan untuk menjangkau wilayah terpencil. Namun, layanan ini dikabarkan tidak tepat dipakai di daerah perkotaan karena wilayah yang padat dapat mengganggu sinyalnya.

Starlink menggunakan jaringan berfrekuensi tinggi sehingga performanya bisa menurun apabila banyak layanan lain memanfaatkan jaringan di frekuensi sama.


 




Sumber : Kompas TV, X, Profolus, Kompas.com




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x