Jonathan bahkan masih mencoba untuk kawin dengan kura-kura yang tinggal bersamanya – Emma, yang berusia sekitar 55 tahun, dan Frederik, 32 tahun.
“Hewan sering kali tidak terlalu sensitif terhadap gender!” kata Hollins.
“Meski sadar akan tanggung jawabnya dan, tentu saja, dia akan meninggal suatu hari nanti, saya yakin kami telah meningkatkan harapan hidupnya secara signifikan,” tutur Hollins dalam wawancara dengan Guinness World Records.
“Kami memperkenalkan pemberian makanan berkalori baik seminggu sekali dan ini telah mengubah dirinya, menunjukkan kemungkinan kekurangan mikro vitamin, mineral, dan elemen pelacak.”
Jonathan awalnya diidentifikasi sebagai kura-kura raksasa Aldabra (Aldabrachelys gigantea) dari Atol Aldabra, yang merupakan bagian dari Kepulauan Seychelles.
Namun setelah cangkangnya diperiksa oleh ahli zoologi dan Seychelles Nature Trust, para ilmuwan menyimpulkan bahwa ia kemungkinan adalah kura-kura raksasa Seychelles yang langka.
Spesies kura-kura tersebut sempat disebut punah setelah menjadi buruan para pelaut Eropa.
Namun setelah peneliti menganalisis spesimen penangkaran, mereka berhasil menemukan bahwa masih ada kura-kura jenis tersebut yang masih hidup.
Menurut Kelompok Spesialis Kura-kura dan Penyu Air Tawar IUCN, saat terdapat sekitar 80 ekor yang tercatat secara global.
Selama hidupnya yang hampir dua abad, Jonathan telah melalui dua kali perang dunia, 40 presiden AS dan 31 gubernur Saint Helena.
Saat ini, Jonathan dengan damai hidup dan berkeliaran di tanah Saint Helena bersama tiga kura-kura raksasa lainnya bernama Emma, Fred, dan David.
Baca Juga: Upaya Menjaga Kelestarian Hewan Endemik Burung Maleo
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.