Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 241
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 241
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
KOMPAS.TV - Pihak sekolah Seminari Bunda Segala Bangsa akhirnya memberikan klarifikasi resmi terkait siswa yang dihukum makan kotoran manusia oleh kakak kelasnya.
Pimpinan Seminari Maria Bunda Segala Bangsa (BSB), Romo Deodatus Du’u menjelaskan, peristiwa itu terjadi pada Rabu (19/2/2020) antara pukul 14.30 sampai 15.00.
Semuanya bermula ketika salah seorang siswa kelas VII yang membuang kotorannya sendiiri di kantong plastik.
Kotoran tersebut kemudian disembunyikan di lemari kosong di kamar tidur unit bina SMP Kelas VII.
Sekitar pukul 14.00 (setelah makan siang) seperti biasa dua orang kakak kelas XII yang ditugaskan untuk menjaga kebersihan unit kelas VII menemukan kotoran tersebut.
Mereka kemudian mengumpulkan para siswa kelas VII di asrama untuk dimintai informasi tentang kotoran tersebut. Namun, para siswa kelas VII tidak ada yang mengakuinya.
Baca Juga: Viral 77 Siswa Dihukum Makan Kotoran Manusia, Begini Faktanya
Berkali-kali kakak kelas meminta kejujuran dari adik-adiknya tetapi mereka tetap tidak mengakuinya.
Akhirnya, karena marah, salah seorang kakak kelas tersebut mengambil kotoran dengan sendok makan lalu menyentuhkan kotoran tersebut pada bibir atau Iidah.
Perlakuannya berbeda pada masing-masing anak. Selanjutnya kakak kelasnya meminta supaya peristiwa tersebut dirahasiakan dari para pembina (Romo dan Frater) termasuk para orangtua.
Peristiwa ini baru diketahui para pembina (Romo dan Frater) pada hari Jumat, 21 Februari 2020 dari salah satu siswa kelas VII yang datang bersama dengan orangtuanya untuk melaporkan kejadian tersebut.
Menyikapi laporan tersebut, para Pembina (Romo dan Frater) memanggil siswa kelas VII dan kedua kakak kelas tersebut untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
Gelar Pertemuan Bersama
Selanjutnya, pada hari Selasa, 25 Februari 2020, pukul 09.00 sampai 11.15, para pembina bersama para orangtua siswa kelas VII mengadakan pertemuan bersama yang juga menghadirkan seluruh siswa kelas VII dan kedua kakak kelas.
Romo Deodatus menerangkan, dalam pertemuan dimaksud, persoalan itu dibicarakan secara serius penuh keterbukaan dan kejujuran.
Baca Juga: Pengakuan Siswa Dihukum Makan Kotoran Manusia: Kami Pasrah, Tak Bisa Melawan
Seminari secara terbuka telah meminta maaf atas peristiwa ini di hadapan orangtua dan sekaligus memberi sanksi yang tegas kepada kedua kakak kelas tersebut.
Para orangtua juga menyayangkan peristiwa dimaksud sambil berharap agar kejadian tersebut tidak terulang kembali di waktu yang akan datang.
Selanjutnya sebagai bentuk pembinaan untuk kedua kakak kelas tersebut, maka pihak seminari memutuskan untuk mengeluarkan keduanya dari Seminari Maria Bunda Segala Bangsa.
Ia melanjutkan, para siswa kelas VII juga dibuat pendampingan dan pendekatan lebih lanjut oleh para pembina (Romo dan Frater) untuk pemulihan mental dan menghindari trauma.
“Terminologi 'makan' yang dipakai oleh beberapa media saat memberitakan peristiwa ini, agaknya kurang tepat sebab yang sebenarnya terjadi adalah salah seorang kakak kelas 'menyentuhkan' sendok yang ada feses pada bibir atau lidah siswa kelas VII," terang Romo Deodatus dalam rilis tertulisnya, sebagaimana dilansir dari Kompas.com, .
"Peristiwa ini tidak dilakukan oleh pembina atau pendamping (romo dan frater), tetapi oleh salah seorang siswa kelas XII," sambungnya.
Pihak Sekolah Mohon Maaf
Romo Deodatus menambahkan, selama ini pihak Seminari Bunda Segala Bangsa tidak pernah melakukan pembiaran terhadap segala bentuk kekerasan dan bullying dalam bentuk apapun. Pihaknya pun selalu bertindak tegas apabila terjadi hal-hal demikian.
Baca Juga: Kronologi Siswa Dihukum Makan Kotoran Manusia, Pihak Sekolah Bungkam
Pihak Seminari St. Maria Bunda Segala Bangsa Maumere pun menyampaikan permohonan maaf sedalam-dalamnya kepada semua pihak teristimewa kepada orangtua dan keluarga para siswa kelas VII atas peristiwa yang terjadi ini.
“Bagi kami, peristiwa ini menjadi sebuah pembelajaran untuk melakukan pembinaan secara lebih baik di waktu-waktu yang akan datang. Kami berterima kasih atas segala kritik, saran, nasihat, dan teguran yang bagi kami menjadi sesuatu yang sangat berarti dengan hampan agar lembaga ini terus didoakan dan didukung supaya menjadi lebih baik,” pungkas Romo Deodatus.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.