SUKOHARJO, KOMPAS TV - Perusahaan Sri Rejeki Isman atau Sritex, sudah menjadi rumah kedua bagi masyarakat Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Keputusan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang, membuat para pekerja cemas. Maklum, bagi karyawan seperti Kendi Rindu Hati, yang kini berusia 70 tahun, Sritex adalah tempat menggantungkan segala harapan, dan masa depan keluarga.
Sudah 35 tahun, Kendi Rindu Hati bekerja di Sritex. Hasilnya, keempat anaknya sukses bersekolah, dan menjadi aparatur sipil negara (ASN). Meski sudah lansia, tenaga Kendi Rindu Hati yang sudah menjadi nenek masih diberdayakan. Saat ini, ia hanya bisa berharap Sritex terus beroperasional, dan mampu menyelesaikan masalah.
“Apabila Sritex itu berkembang, semuanya akan punya masa depan yang baik. Tapi kalo Sritex itu jatuh, kita semua akan menangis, karena yang punya hutang tidak bisa nyaur, dan pemerintah juga akan mengalami kerugian,” ujar Kendi.
Pekerja lain yang juga sudah berusia lanjut, berharap Sritex berdiri tegak di tengah gempuran pakaian impor, dan juga pakaian bekas. Sebab, tak ada sumber penghasilan lain bagi para pekerja lansia.
“Seperti program Pak Prabowo, bahwa rakyat kecil itu harus tertawa dan gembira, tapi kalo ini terjadi kami sebagai buruh betul-betul susah,” jelas Andreas, pekerja Sritex.
“Ini rumah yang kedua, karena ini rumah yang saya tempati, harus kita jaga sebaik-baiknya. Harapan saya Sritex harus tetap brerjalan, karena ini menghidupi orang banyak sekali, setidaknya, membantu pemerintah mengentaskan pengangguran,” tutur Widada, pekerja Sritex.
Sritex didirikan tahun 1966 oleh HM Lukminto, sebagai perusahaan perdagangan tradisional di Pasar Klewer, Solo. Perusahaan tekstil dan garmen ini, tak perlu waktu lama mencapai puncak kejayaan. Kini Sritex, bergantung nasib pada empat kementerian yang diterjunkan Presiden Prabowo Subianto dalam misi penyelamatan.
#sritex #prabowo #sukoharjo
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.