SAMARINDA, KOMPAS.TV - Saat melintas di jalur Samarinda -Bontang, Pj Gubernur Akmal Malik kembali menyinggahi Kampung Kopi Luwak yang berada di Km 60 Samarinda-Bontang.
Kawasan ini merupakan wilayah Desa Perangat Baru, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Akmal mengatakan jalur transportasi ini memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Namun sayang, belum ada desa yang secara serius mengelola potensi besar akses darat Samarinda-Bontang tersebut.
"Rasanya belum ada desa yang memanfaatkan jalan raya ini. Manfaatkan karena potensi jalan raya ini besar sekali," tegas Akmal Malik sambil menyantap segelas kopi liberika yang disiapkan pengelola Kampung Kopi Luwak.
Sebelumnya, Kepala Desa Prangat Baru Fitriati mengungkapkan sekarang mereka sudah memiliki kawasan rest area di lokasi Kampung Kopi Luwak. Tapi masih ada beberapa bagian rest area yang belum terhubung langsung dengan Kampung Kopi Luwak.
Akmal Malik lantas meminta Balai Besar Pembangunan Jalan Nasional (BBPJN) untuk membantu meratakan area yang masih belukar.
"BBPJN tolong bantu meratakan saja. Saya minta selesai sebelum dua bulan ya. Setelahnya, Bu Kades silakan gotong royong ya," sambung Akmal.
Ia menambahkan, pemerintah akan membantu menyiapkan infrastruktur, agar ekonomi daerah berkembang.
Dukungan pemerintah diberikan agar Desa Perangat Baru memiliki rest area yang representatif.
"Silakan nanti diatur UMKM bisa mengisi rest area. Tugas kami menyiapkan infrastruktur. Kita ratakan. Selanjutnya Bu Kades bantu juga. Segera buat surat," tegas Akmal.
"Saya yakin, kalau ada tempat terbuka, mobil-mobil pasti datang. Mobil manapun bisa mampir di sini. Tapi pelan-pelan dulu," sambungnya.
Jika beroperasi dengan baik, secara langsung ini akan meningkatkan penerimaan desa dan meningkatkan pasar UMKM.
Sedangkan untuk Kampung Kopi Luwak, Akmal menyarankan agar mereka memajang produk kopi mereka dan link media sosial mereka untuk pengenalan kepada khalayak luas.
"Pasang informasi di outlet bandara. Taruh di bandara karena hampir semua orang minum kopi," tutup Akmal.
Tampak mendampingi Kepala Dinas Perindagkop dan UKM Kaltim Heni Purwaningsih, Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Ence Ahmat Rafiddin Rizal dan sejumlah pejabat lainnya.
Pj Gubernur Akmal Malik dan rombongan meneruskan perjalanan dan menunaikan ibadah salat Jumat di Masjid Al Huda Km 70 Desa Perangat Selatan, Kecamatan Marangkayu.
Setibanya di Kutai Timur, Pj Gubernur Akmal Malik memilih untuk langsung berbelok ke Wisma Embek Kemakmuran milik Widodo di Sangatta Selatan.
Widodo sendiri memercayakan pengelolaan peternakan kambing miliknya kepada sang putri yang lulusan S1 Manajemen, Dhean.
"Pilih mana, bekerja di tambang apa beternak,":buka Akmal kepada Dhean yang juga menjadi salah satu peternak milineal itu.
Sontak Dhean menjawab memilih beternak. Akmal sangat menghargai pilihan anak-anak muda untuk bertani, beternak atau berkebun.
Sebab menurut Akmal, itu adalah pilihan yang realistis dan lebih prospek di masa depan.
Kaltim kata Akmal, harus berterima kasih kepada Tuhan yang telah memberi sumber daya alam melimpah, seperti batu bara, minyak dan gas. Tapi menurutnya, tidak cukup hanya dengan itu. Kaltim dan anak-anak muda harus berani melakukan diversifikasi.
"Tambang akan habis pada waktunya. Sedangkan kambing, sepanjang kita bisa kelola dengan baik, akan hidup terus dia (usaha berkelanjutan)," papar Akmal memberi ilustrasi.
Dhean sendiri mengungkapkan sekitar 300-400 ekor sapi yang saat ini ada di area kandang mereka. Setiap bulannya sekitar 50-100 ekor kambing dan domba yang bisa dijual.
"Kami juga lakukan persilangan di sini antara kambing yang memproduksi susu dan daging. Sehingga kami bisa dapat dagingnya, dapat juga susunya," kata Dhean mantap.
Mengapa dirinya lebih memilih beternak ketimbang bekerja di perusahaan tambang, Dhean mengaku, jika dari beternak ini dirinya bisa mendapatkan bonus kebahagiaan.
"Baru melihat kambing yang masih kecil-kecil kita sudah bahagia. Belum lagi bicara keuntungan ekonominya," kata Dhean.
Pemeliharaan kambing ini juga tidak memerlukan banyak tenaga kerja. Terpenting adalah manajemen plan dan kandang. Selain itu, mereka juga bisa mengolah keuntungan lain dari kotoran dan urine kambing.
"Di Bogor, urine kambing itu mahal sekali. Satu liter bisa sampai Rp40 ribu. Jangan salah, pupuk paling bagus itu urine kambing," sahut Akmal.
"Kami ingin mengubah kotoran jadi pupuk. Dari usaha ini kami juga ingin membantu petani," timpal Widodo, ayah Dhean.
Bukan hanya dijual di Kaltim, kambing-kambing dari Wisma Embek Kemakmuran ini juga dikirim hingga provinsi tetangga, Kalimantan Utara.
Mendampingi Pj Gubernur, antara lain Kepala Dinas Perindagkop dan UKM Heni Purwaningsih, Kepala Dinas Perkebunan Ence Ahmad Rafiddin Rizal, Kepala DKP3A Noryani Sorayalita dan Kepala Pelaksana BPBD Kaltim Agus Tianur. (Rj/Dk)
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.