YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Tim pemenangan calon presiden-wakil presiden belum mampu jawab keresahan anak muda terhadap berbagai permasalahan lingkungan. Padahal isu lingkungan menjadi faktor kunci gaet pemilih muda di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 ini.
Demikian diutarakan Mahesti Hasanah, akademisi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu menanggapi jawaban para timses kandidat capres-cawapres terkait isu iklim dan lingkungan dalam acara Festival Pemilu di Jakarta.
Mahesti yang juga merupakan advisor di pilahpilih.id menyampaikan bahwa setiap calon pemimpin di ajang Pemilu mendatang harus menyadari pentingnya kontekstualitas dengan isu yang berkembang saat ini. Menurut dia, untuk meraup suara pemilih muda, konteks lingkungan penting untuk dipahami.
Baca Juga: Tom Lembong: Industri Nikel Contoh Sempurna Lingkungan Dikorbankan demi Pertumbuhan Ekonomi
“Nah artinya apa? Kalau pemimpin tidak kontekstual dan aware soal ini, maka tidak bisa
adaptasi. Sementara porsi pemilih pemula dan anak muda itu sangat tinggi dan anak muda saat ini memanfaatkan media untuk menyuarakan keresahan mereka termasuk dalam isu lingkungan dimana mereka terdampak secara langsung”, jelas Mahesti merujuk hasil survei PilahPilih yang mengungkap 97% responden survei yang merupakan anak muda berpendapat akan sangat mempertimbangkan dan cukup mempertimbangkan masalah lingkungan saat memilih pemimpin di Pemilu 2024.
"Para perwakilan tidak ada yang menyebutkan spesifik jumlah target bauran energi. Mereka hanya bilang transisi energi dari batu bara menjadi energi terbarukan sebagai salah satu prioritas. Normatif saja, tanpa ambisi yang jelas," tegas EF. Mutia, Pemimpin Inisiatif PilahPilih, dalam dalam siaran pers, Senin (29/1/2024).
Menanggapi pertanyaan pemilih muda tentang transisi energi pada acara Festival Pemilu tersebut, Tom Lembong Co-captain Anies-Muhaimin menyatakan, pihaknya memberi tempat bagi transisi energi pembangkit listrik berbahan bakar fosil ke energi baru terbarukan.
“Utamakan geothermal karena cadangan kita luar biasa 30.000 gigawatt. Dimana yang terpasang baru 1.200 gigawatt, bagaimana caranya? Dengan menanggung renteng resiko dari eksplorasi. Karena resiko eksplorasi ini tinggi, tidak bisa cuma diserahkan ke swasta. Pemerintah harus memberi jaminan, selain itu juga tenaga surya kita yang luar biasa dan biomassa”, jelas Tom Lembong, sapaan akrabnya.
Satya Heragandhi, timses paslon Ganjar-Mahfud mengungkapkan hal senada tentang
pemanfaatan sumber energi terbarukan.
“Energi menarik sekali karena bicara energi terbarukan, teman-teman harus tahu energi terbarukan itu cuma hidup separuh hari. Seperti solar cell itu di malam hari tidak bisa. Angin juga begitu. Jadi harus ada energi baru terbarukan yang sifatnya base seperti geothermal, gas dan sebagainya. Jadi kita prioritaskan keduanya dari base dan energi terbarukan dan pelan-pelan kita tinggalkan fosil secara bertahap.”
Baca Juga: Jokowi Pimpin KTT ASEAN-Jepang, Bawa Isu Lingkungan hingga UMKM
Di sisi lain pemaparan timses Prabowo-Gibran menekankan pentingnya potensi ekonomi.
”Transisi ke energi baru terbarukan pun harus dilakukan tanpa mengorbankan potensi ekonomi Indonesia. Itu yang harus digaris bawahi. Kedua, ketika kita bicara hari ini mau transisi perlu kita ingat bahwa batu bara adalah salah satu penyumbang surplus ekonomi kita dan subsidi listrik dalam elektrifikasi seperti kendaraan listrik masih lebih baik, dibanding subsidi kendaraan BBM," tandas Astrio Feligent, pembicara dari paslon nomor urut 2 itu.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.