DEPOK, KOMPAS.TV – Sejumlah warga Kota Depok yang tinggal di sekitar area pembangunan water tank berkapasitas 10 juta liter milik PT Tirta Asasta, mengeluhkan keberadaan water tank atau tangki air tersebut.
Seorang perwakilan warga bernama Yani Suratman menyebut water tank tersebut dibangun di kawasan padat penduduk yang berdekatan dengan sejumlah sekolah.
“Lokasi di padat penduduk, potensial sekolah yang SMP 32 itu akan dibangun 3 lantai, sekarang taruhlah 300 murid, kalau tiga lantai kan 900 damage-nya itu,” ucapnya dalam diskusi Xspace @djrachbini, Rabu (13/9/2023).
“Kalau petinggi-petinggi di RW 12 berikut RTnya, RT 3, menyatakan bahwa mereka tidak terdampak dan bukan urusan mereka, itu menjadi urusan mereka, bro.”
Sebab, menurut Yani, jika terjadi sesuatu pada water tank tersebut, ada sejumlah sekolah yang bakal terdampak, termasuk rumah ibadah.
Ia menyebut, jika melihat struktur dari water tank yang sudah terbangun dan dari kajian yang dilakukan Lembaga Teknologi Universitas Indonesia (UI), maka sangat tidak bermoral jika proyek itu diteruskan.
“Rasanya kalau masih diteruskan proyek ini, itu tidak bermoral mungkin ya, karena mengutip kata-kata Profesor Didik, ini adalah kecelakaan yang disengaja, jadi tidak bermoral sekali.”
Baca Juga: Cari Penyebab Kematian Ibu dan Anak di Cinere Depok, Apsifor Dalami Pola Perilaku Korban
Dalam diskusi tersebut, Yani juga mengatakan bahwa dirinya merupakan praktisi project management selama 29 tahun terakhir.
“Jadi saya mengedukasi pelaku project untuk melaksanakan proses project berjalan dengan baik. Dari mulai inisiation sampai executing, dan yang paling utama adalah di planning,” imbuhnya.
“Pelajaran yang kita ambil dari proyek ini adalah, dari awal PDAM ini atau Pemkot ini sangat inkompeten, karena mereka tidak melakukan stakeholder analysis atau stakeholder engagement. Itu krusial sifatnya.”
Sementara, seorang perwakilan warga lainnya, Dadang Fudali menyebut bahwa pihak pelaksana proyek tersebut tidak menyosialisasikan pada warga.
“Tidak ada itu sosialisasi kepada RW 26, khususnya RT 4, karena terbukti dari WA chat yang mereka pikir 14 April 2021 kita diundang, adalah itu kebohongan,” tuturnya.
“Acara mulai jam 9, mereka mengundang jam 10.31, terindikasi ada iktikad tidak baik. Mungkin, andaikata mereka dengan baik dan benar mengundang perwakilan RW 26, akan tidak terjadi proyek yang mereka rencanakan jauh-jauh hari ini.”
Warga lain, Catur Banuaji, bahkan menilai selama ini warga setempat berjuang sendirian dalam menolak proyek pembangunan water tank tersebut.
Menurut Catur, selama ini dirinya sebagai warga Depok telah menaati kewajiban, mulai dari membayar pajak hingga tertib administrasi dan hukum.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.