Selanjutnya, kata Eddy KA Berutu, program yang dikembangkan Pemkab Dairi tersebut dipresentasikan kepada pemerintah provinsi lewat Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi. Gubsu menyambut baik program dimaksud dan diusulkan ke Kementerian Pertanian untuk pengembangan kawasan pertanian terpadu.
Sebelumnya, jelas Eddy Berutu, Pemprovsu, telah mengundang 4 kabupaten/kota di Sumut seperti Tapanuli Selatan, Madina, Dairi, dan Pakpak Bharat untuk program itu, tetapi yang dipilih adalah Kabupaten Dairi. Untuk pengembangan KPT itu, akan ditopang anggaran dari Kementerian, Pemprovsu, dan anggaran Pemkab Dairi. "Anggaran APBD hanya diperuntukkan utk sarana infrastruktur seperti irigasi, fertigasi, jalan akses, embung dan gudang (bila dibutuhkan), UPO dll infrastruktur dasar. Sedangkan sarana produksi pembiayaannya melalui KUR Kluster," ucapnya.
Tetapi, untuk tahap pertama, pemerintah akan menyediakan bibit bagi petani. Karena ini baru pertama, petani disediakan bibit, pupuk, mulsa. Sementara, lahan dan tenaga dari mereka serta hasil semua untuk mereka. Tahap awal, untuk komoditas cabai akan dikembangkan di lahan seluas 22 hektare.
Eddy mengatakan, selain mendorong peningkatan kesejahteraan petani, program KPT sebagai salah satu upaya Pemkab Dairi menjaga ketahanan pangan serta pengendalian inflasi daerah. "Karena komoditi yang kita kembangkan dalam KPT itu, salah satu adalah cabai merah. Di mana, cabai merupakan penyumbang inflasi tertinggi selama ini," ujarnya.
Petani yang ikut program KPT ini akan mendapat bantuan modal dari PT Bank Sumut Cabang Sidikalang melalui kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga rendah hanya 6 persen per tahun dan dibayar pasca panen dan tidak perlu ada agunan. "Begitu juga dengan hasil panen, dibeli Koperasi Aur Dairi Botanica, sehingga petani wajib menjadi anggota koperasi produsen. Karena offtaker, tidak mau berhubungan langsung dengan petani tetapi lewat harus lewat lembaga atau koperasi dimaksud," kata Eddy Berutu.
Selain itu, ada juga jaminan harga jika harga jual di pasaran turun. Jaminan harga pokok produksi (HPP) plus persen yang memadai untuk margin bagi petani. "Jadi petani dapat harga bawah atau harga atas juga. Karena dikelola koperasi, maka petani akan mendapat sisa hasil usaha (SHU). Jadi, koperasi yang berhubungan dengan offtaker, lembaga perbankan dan lainya guna memenuhi kebutuhan petani di bawah pengawasan/kontrol dari pemerintah" tegasnya.
Eddy menegaskan, program kawasan pertanian terpadu ini akan menggunakan digitalisasi. "Sekarang, yang akan mau kita canangkan untuk lahan seluas 22 hektare untuk tanaman cabai. Paralel, akan kita siapkan tanaman kentang, karena Indofood sudah pesan," katanya.
Eddy mengungkapkan, petani yang ikut program KPT, akan dibukakan kredit oleh Bank Sumut. Untuk komoditi cabai merah, petani akan dapat plafon kredit sebesar Rp100 juta setiap siklus panen per 4 bulan. Petani juga akan dapat kartu koperasi sekaligus menjadi kartu bank. "Saya harapkan, melalui program ini produktivitas naik. Kalau misalnya, produksi jagung kita selama ini hanya 10 ton per hektare, kita harapkan jadi 15-17 ton per hektare," sebutnya.
Produksinya lebih tinggi, lahan sama dan hasilnya lebih banyak dan harga dijamin serta bunga kredit rendah. "Intinya, program ini sebagai roda penggerak utama untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani kita. Harapan saya, ini petani inti. Tetapi ada juga petani yang lebih besar yakni petani plasma. Kita ingin, petani kita yang sekarang belum ikut program ini, akan mau mengikuti sistem yang kita bangun sekarang, Biar mereka ditempat lain tidak apa-apa, nanti Koperasi akan kita dorong untuk menggandeng dan membantu mereka," ujarnya.
Kalau mau belajar, kata Eddy, petani bisa datang ke KPT. Karena disana akan ada sekolah tani. Sehingga semua petani kita bisa datang belajar kesana nantinya. "Program ini akan menguntungkan petani dengan kemudahan mendapatkan permodalan, sarana produksi dan pendampingan maksimal penyuluh pertanian lapangan (PPL)," katanya. (*)
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.