Tak hanya itu, di dua perkampungan tradisional itu juga masih terlihat warga yang membersihkan kapas dari bijinya untuk digunakan sebagai bahan membuat kain tenun khas Lombok.
Menurut laporan Jurnalis KOMPAS TV Fitri Rachmawati di Lombok, kepiawaian Amaq Sinta melindungi diri dari empat pembegal karena dirinya memiliki kemampuan bela diri yang cukup mumpuni.
Bahkan, Amaq Sinta dilaporkan tidak mengalami luka serius meski sempat terkena sabetan senjata tajam pembegal di salah satu bagian tubuhnya.
Arti sebutan amaq
Untuk diketahui, tak hanya dusunnya yang masih melestarikan tradisi, sebutan Amaq yang disematkan untuk Murtede pun rupanya memiliki nilai sejarah yang erat dengan Suku Sasak di wilayah Lombok.
Baca Juga: Ancam Korban dengan Senjata Tajam, Dua dari Empat Komplotan Begal Diringkus Polisi
Seperti halnya adat istiadat Bali yang mengelompokkan masyarakatnya dengan sistem kasta/tingkatan sosial, Suku Sasak juga masih mempertahankan pengelompokan lapisan sosial masyarakat.
Pengelompokan lapisan sosial masyarakat Suku Sasak didasari dengan tingkat kebangsawan dan status pernikahan.
Melansir jurnal Al Ihkam Ahwal Syakhshiyyah Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Amaq merupakan panggilan untuk laki-laki yang sudah menikah di Lombok.
Biasanya digunakan oleh golongan Bulu Ketujur (Jajar Kalang) atau masyarakat biasa. Sementara perempuan yang sudah menikah, dalam golongan ini disebut Inaq.
Sebutan itu melengkapi panggilan lain di Pulau Lombok, misalnya seperti gelar Lalu untuk laki-laki yang belum menikah kemudian berganti Mamiq jika sudah menikah.
Sementara untuk perempuan yang sudah atau belum menikah disematkan gelar Baiq.
Gelar Lalu dan Baiq di budaya Sasak biasa disematkan bagi orang-orang yang masuk dalam lapisan sosial masyarakat golongan ningrat.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.