Namun, Panji masih kesulitan menentukan cara menangkap buaya.
"Kita bisa saja pakai pancing dengan menggunakan umpan daging, cuma posisinya kalau pakai kail takutnya mulut buaya bisa terluka. Atau bisa juga saya berenang sampai onggokan pasir dimana buaya berkalung ban itu berjemur, kemudian kita jerat pake tali, cuma memang resikonya besar," katanya dikutip Kompas.com, 21 Januari 2018.
Selain itu, di tempat yang sama, Panji melihat ada buaya lain.
"Karena selain arusnya deras, saya juga berpikir karena ada satu buaya lagi yang besarnya sama, juga sedang berjemur. Jangan sampai saya nantinya yang diselamatkan,” sebutnya.
Baca Juga: Setelah Bertahun-tahun, Ban Bekas yang Melilit Leher Buaya di Sungai Palu Berhasil Dilepaskan!
Tak hanya Panji Petualang, BKSDA pernah membentuk satgas untuk menangkap buaya tersebut.
Bahkan, pada awal Februari 2020, BKSDA Sulteng memanggil dua ahli satwa asal Australia, Matthew Nicolas Wright dan Chris Wilson.
Matt adalah pengisi acara dalam salah satu program di National Geographic.
Matt dikenal berpengalaman dalam pemindahan satwa liar yang masuk ke kawasan permukiman. Matt juga disebut sudah menangkap puluhan buaya.
Untuk menangkap buaya berkalung ban, Matt Wright dan rekannya, Chris Wilson, membuat perangkap ukuran panjang 4 meter, lebar 1,2 meter, dan tinggi 1 meter.
Jebakan tersebut dipasang di Jembatan 2, Jalan Gusti Ngurah Rai, Palu, dengan menggunakan umpan satu ekor bebek hidup.
"Saya berharap trap ini bisa berhasil berdasarkan pengalaman kami di lapangan. Sudah banyak buaya yang kami tangkap dengan menggunakan trap atau jebakan ini," bebernya, 11 Februari 2020.
Selain cara di atas, upaya lainnya yakni menerbangkan umpan memakai drone.
Hingga berakhirnya operasi satgas penyelamatan satwa liar tahap 1 ini, upaya Matt dan tim satgas belum membuahkan hasil.
Baca Juga: Buaya Berkalung Ban di Palu Akhirnya Berhasil Dievakuasi
Sumber : Kompas TV/Kompas.com/Tribunnews
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.