Ia menyebut, segenap rakyat Aceh sudah melakukan segala usaha damai untuk menyadarkan para pemimpin yang hendak memusnahkan warisan budaya Islam di Aceh.
"Para raja dan ulama kesultanan Aceh adalah para aulia, pendiri tonggak sejarah tegaknya dakwah Islam di Asia Tenggara, yang telah memilih tanah Aceh sebagai tempat bersemayam tulang belulangnya," ucap Cut Putri.
Oleh karena itu rakyat Aceh yang sedang dalam kondisi darurat membutuhkan bantuan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan serta dukungan dari segenap rakyat Turki.
Cut Putri mengaku sebelumnya mereka sudah berbicara soal situs sejarah ini secara langsung dengan Wakil Perdana Menteri Turki dalam kunjungan kenegaraan bersama Duta Besar Turki.
"Besar harapan kami agar Presiden Recep Tayyip Erdogan bersama segenap rakyat Turki dapat membantu kami di sini yang sedang berjuang," harapnya.
Dalam kesempatan ini, Cut Putri juga menambahkan, hubungan diplomatik antara Kesultanan Aceh dan Turki telah terjalin sejak ratusan tahun lalu.
Baca Juga: SBY: Saya Sebelum Jadi Presiden Sudah Masuk Aceh Bertemu GAM untuk Cari Jalan Perdamaian
Kesultanan Aceh dan Turki, katanya, kerap saling membantu dalam dakwah Islam dan untuk melawan penjajahan.
"Sejarah juga mencatat eratnya korespondensi antar kedua negara, termasuk permohonan bantuan dari para Sultan Aceh kepada Turki, saat Aceh berada dalam kondisi darurat," jelas Cut Putri.
Perlu diketahui, Pemerintah Banda Aceh kembali melanjutkan pembangunan proyek IPAL di Gampong Pande kota setempat pada akhir Februari 2021. Bangunan itu sempat dihentikan karena banyak ditemukan situs bersejarah seperti nisan makam raja dan ulama Aceh pada 2017 lalu.
Kemudian, kelanjutan pembangunan tersebut menuai kritikan serta penolakan dari berbagai kalangan masyarakat Aceh, terutama warga setempat, budayawan hingga keturunan Raja Aceh.
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.