PURWOREJO, KOMPAS.TV - Warga Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah melakukan aksi damai menolak tambang batu andesit pada Jumat (23/4/2021). Namun, aparat gabungan Polri dan TNI memaksa masuk menggunakan kekerasan.
Kejadian itu berlangsung di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Purworejo. Warga menebang pohon untuk menghalangi jalan aparat yang hendak memasang patok dan melakukan sosialisasi proyek tambang.
Warga Wadas juga mengadakan mujahadah dan selawat dengan posisi duduk memenuhi jalan. Akan tetapi, aparat memaksa masuk hingga terjadi bentrokan.
Baca Juga: Warga Baduy Menangis Hutan Sakralnya Dirusak Penambang Liar, Dedi Mulyadi Bereaksi Keras: Malu!
“Warga dan pengacara sepakat tidak akan bertindak rusuh. Mereka juga sepakat untuk duduk agar menghindari kerusuhan,” ujar Julian Dwi Prasetya, pengacara warga Wadas dari LBH Yogyakarta, dalam konferensi pers, Sabtu (24/4/2021).
Video yang beredar luas dari akun Twitter @GEMPADEWA memperlihatkan aparat kepolisian menarik dan dan mendorong warga yang awalnya duduk.
Penarikan paksa beberapa warga. #WadasMelawan pic.twitter.com/oDBGrqOGZa
— Wadas Melawan (@GEMPADEWA) April 23, 2021
Julian menuturkan, suasana menjadi tak kondusif. Ia berusaha bernegosiasi dengan aparat agar sama-sama duduk.
Namun, ia malah mendapat tarikan, tendangan, dan pukulan.
“Saya berusaha melakukan negosiasi dengan Kapolsek, tetapi diabaikan,” kata Julian.
Baca Juga: Gempa Dewa Laporkan Maladministrasi ke Ombudsman
Bentrokan pun tak terhindarkan pada pukul 11.30 WIB. Polisi memukul beberapa warga Wadas, termasuk warga perempuan yang berada di barisan depan massa aksi.
“Aparat memaksa masuk dengan menarik dan memukul warga, termasuk ibu-ibu yang berada di barisan depan rombongan shalawat,” ujar Yogi Dzul Fadhil, Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta.
“Polisi tidak hanya menggunakan kekerasan fisik, tapi juga menembakkan gas air mata,” imbuhnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.