Sebelumnya, informasi mengenai keberadaan buaya raksasa itu menjadi viral di media sosial.
Sebuah video yang beredar memperlihatkan saat bangkai buaya tersebut dibawa menggunakan buldoser melewati jalan raya.
Baca Juga: Warga Pangkalpinang Dihebohkan Dengan Kemunculan Buaya Muara
Kepercayaan Masyarakat Setempat
Sejarawan sekaligus budayawan Pangkalpinang Akhmad Elvian mengatakan, berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, gangguan yang terjadi atas kemunculan buaya biasanya disebabkan karena ada kesalahan atau ulah manusia.
Mantan Kepala Dinas Pariwisata ini menuturkan, apabila gangguan sudah menyangkut kepentingan seluruh warga kampung yang memanfaatkan sungai, maka perlu diadakan upacara taber sungai.
Selain itu, ada kepercayaan bahwa pada tiap-tiap lubuk atau bagian sungai yang lebar dan dalam biasanya dihuni oleh seekor buaya besar yang disebut puaka.
Apabila buaya-buaya puaka berpindah ke salah satu lubuk, maka buaya itu harus bertarung melawan puaka lubuk tersebut.
Menurut Elvian, apabila menang, buaya tersebut menelan satu butir batu sungai.
Kemudian, apabila menang dalam bertarung pada tujuh lubuk, maka dalam perutnya akan ditemukan tujuh butir batu sungai.
"Buaya-buaya yang kalah bertarung inilah yang biasanya membuat onar terhadap manusia yang kehalen (berbuat kesalahan dengan melanggar pantang larang)" kata dia.
Menurut Elvian, untuk menangkal gangguan buaya, perlu dilakukan ritual atau upacara yang dilakukan masyarakat setempat.
Baca Juga: Meresahkan, Warga Tangkap Buaya Sepanjang 3 Meter
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.