Kompas TV nasional politik

Forum Rektor dan Tokoh Budaya Dinilai Bisa Jembatani Komunikasi Risma dan Khofifah

Kompas.tv - 6 Juli 2020, 05:10 WIB
forum-rektor-dan-tokoh-budaya-dinilai-bisa-jembatani-komunikasi-risma-dan-khofifah
Walikota Surabaya Tri Rismahirini (kiri) dan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. (Sumber: Kolase SURYA.co.id/Yusron Naufal Putra/Kompas.com)
Penulis : Fadhilah

KOMPAS.TV - Pakar komunikasi Universitas Airlangga (Unair) Dr Suko Widodo menyoroti sering terjadinya silang pendapat antara antara Pemkot Surabaya dengan Pemprov Jawa Timur (Jatim).

Menurut dia, kedua pemimpin yakni Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa kerap berbeda data dan informasi soal penanganan pandemi virus corona (Covid-19).

Yang menjadi persoalan yakni penyampaian komunikasi serta koordinasi yang buruk.

Baca Juga: Pakar Unair Kritik Balik Risma: Pemimpin Harus Mau Dinilai dan Mendengar

"Ini miskomunikasi. Komunikasi pemerintah Kota Surabaya dan Pemprov Jawa Timur tidak berlangsung dengan bagus. Masing-masing punya ego masing-masing," katanya saat wawancara dengan Rosianna Silalahi pada Program ROSI, KOMPAS TV, belum lama ini.

Suko kembali berpesan dalam hal ini bahwa kuncinya Risma dan Khofifah butuh tim yang harus menyediakan informasi akurat.

Menurutnya, birokrasi harus bisa menyambung. Bisa pula menggunakan tenaga ahli untuk menyediakan informasi yang sifatnya ilmiah.

"Seorang pemimpin saya kira harus mau dinilai mau mendengar. Jadi kuncinya, Bu Risma dan Bu Khofifah perlu disediakan informasi yang akurat. Tim inilah yang saya kira harus dilakukan," ucapnya.

Kemudian, Suko menambahkan, yang punya peran besar dalam 'mendamaikan' Risma dan Khofifah yakni forum rektor dan budayawan.

"Saya kira ada dua, pertama forum rektor atau para tokoh-tokoh kebudayaan. Itu lebih bisa menyelesaikan. Nah, ruang itu selama ini tidak tersedia," tuturnya.

"Dewan kebudayaan, dewan pendidikan, forum rektor, itu kan kekuatan yang besar yang bisa menjembatani hubungan itu. itu tidak pernah dipakai oleh keduanya," imbuhnya.

Baca Juga: Jokowi Minta Koordinasi Penanganan Corona Jatim Diperbaiki, Sindir Khofifah dan Risma?

Saling Terima Data Informasi

Suko sebelumnya juga mengkritik Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terkait dengan data dan informasi Pemkot Surabaya.

Suko menilai bahwa ada kesalahan persepsi soal data dan informasi yang Risma dapatkan dari anak buahnya.

Sebagai pemimpin, Risma seharusnya menerima data dari berbagai pihak, bukan hanya dari bawahannya.

Proses inilah yang kemudian, menurut Suko, tidak ada dialog dengan sejumlah kalangan di luar Pemkot yang mungkin juga memiliki data tersendiri.

"Bu Risma ini seharusnya disediakan informasi yang memadai agar ketika bertemu pihak lain bisa saling menerima informasi," ujarnya.

"Karena pasokan informasi yang diberikan ke Bu Risma boleh jadi saya tidak mengatakan salah, tapi harus dimatangkan terlebih dahulu," sambungnya.

Suko kemudian mencontohkan ketika para dokter menjelaskan bahwa di Rumah Sakit dr Soetomo ada 73 persen pasien yang merupakan warga Surabaya. Hal itu ternyata membuat Risma kaget.

"Kalau melihat runtutan dialog dengan dokter senior, juga melihat gagaimana Bu Risma menceritakan, Bu Risma mengalami shock, kemudian kaget itu," jelasnya.

Baca Juga: 3 Wanita Menari di Jembatan Suramadu Ditangkap, Khofifah: Kalau Ingin Terkenal Jangan Begini Caranya


Bantah Warga Surabaya Bandel

Sementara sebelumnya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini angkat bicara menanggapi pernyataan bahwa warga Surabaya bandel karena tidak patuh protokol kesehatan selama pandemi virus corona (Covid-19).

Bahkan sebanyak 70 persen warga Surabaya dikatakan tak menggunakan masker saat pandemi Covid-19.

Risma sontak membantah keras tudingan tersebut. Menurutnya, warga Surabaya telah mematuhi protokol kesehatan, terutama tentang penggunaan masker di tengah pandemi.

"Coba dicek lagi penelitian itu untuk mana? Itu bukan untuk Surabaya. Coba cari buku yang asli dan itu sudah dibantah oleh Persakmi bahwa itu bukan hanya untuk Surabaya Raya," tegas Risma saat wawancara pada Program ROSI KOMPAS TV, Kamis (2/7/2020) malam.

"Saya kira kita nggak perlu ngomong itu karena menurut saya itu pelanggaran besar. Kita nggak boleh asal mengambil saja," sambungnya.

Risma menambahkan, penelitian yang menyebut warga Surabaya bandel itu tidak sesuai dengan realita.

Untuk penggunaan masker saja, lanjut Risma, bisa dilihat dari kondisi orang-orang yang berada di jalanan Kota Pahlawan itu.

"Saya tidak perlu sampaikan itu silakan dilihat sendiri, boleh dicek ke Surabaya. Saya tidak membela warga saya, tapi di cek di Surabaya kondisinya seperti apa, nanti silakan monggo dikomentari," tutur Risma.

Baca Juga: Pake Pengeras Suara Risma Ingatkan Warga Soal Protokol Kesehatan

 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x