Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 241
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 241
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
"Beberapa kepala SMP di daerah saya mengeluh, ada anak-anak SD yang masuk SMP tidak bisa membaca. Jadi yang harus dibenahi pendidikan dasar dan menengahnya. Itu paling utama," katanya.
"Kalau dasarnya dibenahi dengan baik, maka pendidikan ke atas pun akan berprestasi," sambungnya.
Thomas memaparkan bahwa kurangnya tenaga guru yang memadai menjadi salah satu penyebabnya. Pelimpahan tenaga guru sedikit dan akhirnya pemerintah daerah merekrut tenaga-tenaga honorer yang rata-rata hanya berpendidikan SLTA.
"Dari sisi kemampuan pedagogi ya tidak memadai. Memang pada akhirnya ada penyesuaian, namun yang terjadi kesannya hanya formalitas saja, kemampuan kompetensinya tidak meningkat. Akibatnya proses belajar yang diharapkan untuk meningkatkan kemampuan kualitas manuia itu pun tidak memadai," jelasnya.
Baca Juga: Aksi Unjuk Rasa Tuntut Pembebasan 7 Orang Aktivis Papua
Memberdayakan Orang Papua
Pada kesempatan yang sama, Bupati Biak Numfor Herry Ario Naap menuturkan, masalah Papua itu menyangkut keseriusan memberdayakan orang Papua.
"Ketika ada keseriusan untuk memberdayakan orang Papua dalam pemerataan pembangunan, maka pastinya perasaan diskriminasi, baik lewat arah kebijakan maupun sikap dan tindakan itu tidak akan dialami," tuturnya.
Menurut dia, diskriminasi terjadi karena pendidikan di Papua kekurangan tenaga guru.
Dia berharap adanya kebijakan pemerintah pusat untuk mengirim sebanyak mungkin guru-guru terlatih agar bisa mengajar di kabupaten maupun kota di Papua. Termasuk untuk memberdayakan sumber daya manusia (SDM) di Papua.
"Jangan sampai sudah jadi mahasiswa kok tidak bisa membaca, kan lucu. Akhirnya diketawain. Kan, secara nggak langsung sistem yang akan menciptakan diskriminasi yang akan terjadi," paparnya.
Dia meyakini bahwa pembenahan pendidikan dasar dan menegah di Papua akan bisa menjadikan orang Papua berprestasi dan tidak ada lagi rasisme maupun diskriminasi.
"Dengan demikian, lima sampai 10 tahun mendatang akan bisa menekan angka atau sikap diskriminasi yang terjadi dan akan berjalan dengan baik," pungkasnya.
Diketahui dalam diskusi tersebut hadir pula pembicara lain, yakni Ketua Kelompok Kerja Agama Majelis Rakyat Papua Yoel Mulait, Ketua Panitia Musyawarah MRP & Mantan Ketua KPU Papua Benny Sueni, Ketua PMKRI Papua Wakol Yelipele, serta Mahasiswa Papua di Yogyakarta Ayub Antoh.
Baca Juga: Universitas Indonesia Nilai Narasumber Diskusi Tentang Rasisme di Papua Tak Berimbang
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.