Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 238
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 238
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
Banjir yang melanda jakarta, di awal tahun 2020, menjadi catatan suram.
Muncul pertanyaan, seperti apa konsep pengendalian banjir di wilayah jabodetabek?.
Data dari badan nasional penanggulangan bencana, BNPB tercatat, terdapat 169 titik banjir, yang berada di wilayah Jabodetabek, hingga Banten.
Sementara itu, hingga 4 januari 2020, tercatat 53 orang meninggal dunia, akibat banjir yang menerjang sebagian wilayah Jabodetabek. Proyek normalisasi Sungai Ciliwung dituding mandek, hingga menjadi salah satu penyebab banjir di Jakarta.
Berdasarkan data teknis kementerian PUPR, panjang sungai utama Ciliwung mencapai 109,7 kilometer.
Dari jumlah tersebut, proyek normalisasi direncanakan sepanjang 33,69 kilometer. Namun realisasinya hanya 16,19 kilometer.
Penanganan banjir di bagian hilir pun juga menjadi sorotan. Salah satunya terkait minimnya ruang terbuka hijau, atau RTH.
Luasan RTH di Jakarta terus menurun. Di tahun 1965 luas RTH 37,2 persen. Luasnya turun drastis di tahun 2018, yaitu hanya mencapai 9,8 persen.
Padahal, undang-undang nomor 26, tahun 2007 tentang penataan ruang, mewajibkan RTH sebesar 30 persen. Salah satu masalah yang terus dibenahi di ibu kota Jakarta adalah banjir. Cuaca ekstrim, tentu menjadi salah satu penyebab.
Namun seperti apa konsep Pemprov DKI Jakarta, dalam mengendalikan banjir? Apakah sudah dikerjakan secara maksimal?
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.