JAKARTA, KOMPAS.TV - Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyinggung soal bonus demografi tidak selalu berubah berkah instan, melainkan sebagai pengingat.
Anies menganggap banyaknya anak muda usia produktif tidak menandakan keberhasilan bonus demografi yang digadang-gadang sebagai pintu awal Indonesia Emas.
Dia melihat anak mudah yang dilabeli sebagai usia produktif tersebut hidup dalam tekanan berlapis, baik itu menopang keluarga, ketidakpastian di tempat kerja, hinga tekanan daya hidup yang kian mahal.
"Anak muda disebut penopang kemajuan, tapi siapa yang menopang mereka? Di balik label produktif, tumbuh fenomena senyap tekanan psikis, gangguan mental, dan rasa hampa," tulis Anies, Selasa (21/5/2025) di akun X-nya @aniesbaswedan.
Baca Juga: Kata Wapres Gibran Soal Bonus Demografi Indonesia hingga Geopolitik Global
"Dunia kerja menuntut kecepatan, tapi lupa menyediakan ruang untuk bernapas. Ini bukan bonus, tapi beban."
"Sering kita anggap bonus demografi sebagai berkah otomatis. Seolah hadirnya usia produktif berarti kesejahteraan akan datang dengan sendirinya."
"Tapi usia produktif tak selalu berarti produktivitas. Yang terlihat adalah angka, yang tersembunyi adalah kelelahan kolektif," kata Anies.
Lebih lanjut, Anies menybutkan justru banyak terjadi ketimpangan baru, yakni kelompok muda terdata bekerja, akan tetapi hidup dalam zona ekonomi yang abu-abu.
Lain itu banyak generasi muda yang masih bekerja di sektor informal tanpa adanya jaminana perlindungan dan kepastian.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV/x.com/aniesbaswedan
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.