Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 241
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 241
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
Senin 29 Oktober 2018, pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 jatuh di perairan Tanjungpakis, Karawang Jawa Barat rute Jakarta – Pangkal Pinang. Basarnas bersama tim KNKT, TNI dan Polri bekerja 24 jam non stop mencari keberadaan 181 penumpang dan 8 awak, serta serpihan pesawat. Kecelakaan seperti ini bukanlah kali pertama terjadi di Indonesia, kecelakaan serupa pernah terjadi sebelumnya dan melibatkan beragam maskapai penerbangan. Seperti pesawat Air Asia QZ 8501 rute Surabaya – Singapura yang jatuh di perairan Selat Karimata tanggal 28 Desember 2014, pesawat Adam Air dengan nomor penerbangan 574 rute Jakarta – Surabaya – Manado jatuh di selat Makassar pada 1 Januari 2014, dan ada pula pesawat Mandala Airlines nomor penerbangan RI 091 yang jatuh setelah lepas landas dari Bandara Polonia Medan
Dari sekian banyak kecelakaan pesawat yang pernah terjadi di Indonesia, keajaiban selalu ada ditengah duka. Seperti kecelakaan yang terjadi pada di tahun 2004, pesawat Lion Air penerbangan 332 MD-82 rute Jakarta – Palembang mendarat tidak sempurna di Bandara Sultan Mahmud Baharuddin I Palembang. Ditengah hujan lebat, pesawat tergelincir diluar jalur beruntung tidak ada korban jiwa. Tak lama setelah masa pemulihan pasca tergelincirnya pesawat tersebut, pada tahun yang sama di bulan November dengan pesawat yang sama MD- 82, nomor penerbangan JT-538 kembali mengalami kecelakaan pesawat, kali ini dengan dampak yang lebih besar yaitu tergelincir saat hendak mendarat bandara Adi Sumarmo Solo Jawa Tengah. Sebanyak 26 orang meninggal, dan beruntungnya salah seorang pramugari kembali lolos dari maut setelah mengalami kedua kecalakaan pesawat tersebut. Adalah Laura Lazarus, yang kala itu masih berusia 19 tahun saat bertugas dan berbagi cerita tentang kronologi kejadian yang telah menjadi pengalaman yang tak terlupakan tersebut.
Penerbangan sipil di Indonesia juga memiliki sejarahnya sendiri, yang bermula dari masa kolonial Hindia Belanda. Hingga pada Januari 1949, berdirilah sebuah perusahaan penerbangan nasional bernama Indonesian Airways. Hingga di tahun berikutnya Soekarno mengganti nama Indonesian Airways menjadi Garuda Indonesian Airways. Keseriusan pemerintahan Soekarno dalam kedirgantaraan, dibuktikan dengan pembentukan lembaga persiapan industri penerbangan atau LAPIP tahun 1960. Masa orde baru, industri penerbangan Indonesia mulai dipersiapkan menuju komersialisasi. Hingga pada 1976 LAPIP berubah menjadi PT Industri Pesawat Terbaang Nurtanio. Pada tahun 1985, OT Nurtanio disemprnakan menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nusantara atau IPTN yang menunjuk BJ Habibie sebagai direktur utama.
#SINGKAP #PESAWAT #INDONESIA
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.