Kompas TV nasional peristiwa

Daftar Wilayah yang Alami Musim Kemarau Juni 2024, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara

Kompas.tv - 29 Mei 2024, 09:36 WIB
daftar-wilayah-yang-alami-musim-kemarau-juni-2024-jawa-bali-hingga-nusa-tenggara
Daftar wilayah yang alami musim kemarau Juni 2024 (Sumber: Kompas.com)
Penulis : Dian Nita | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut sejumlah wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau pada Juni 2024.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan mayoritas wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sudah mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) sepanjang 21-30 hari atau lebih panjang.

Selain itu, berdasarkan analisis curah hujan dan sifat hujan yang dilakukan BMKG, menunjukkan bahwa kondisi kering sudah mulai memasuki wilayah Indonesia, khususnya di bagian Selatan Khatulistiwa.

Baca Juga: Ada Siklon Tropis Ewiniar, 16 Wilayah Diprediksi Alami Cuaca Ekstrem pada 29-30 Mei 2024

"Sebagian wilayah Indonesia sebanyak 19% dari Zona Musim sudah masuk Musim Kemarau, dan diprediksi sebagian besar wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara segera menyusul memasuki musim kemarau dalam tiga dasarian ke depan. Kondisi kekeringan ini saat musim kemarau akan mendominasi wilayah Indonesia sampai akhir bulan September," paparnya dalam konferensi pers, Selasa (28/5/2024).

Berikut sejumlah wilayah yang diprediksi memasuki musim kemarau 2024

  • Sebagian besar Pulau Sumatera
  • Banten
  • Sebagian DKI Jakarta
  • Sebagian besar Jawa Barat
  • Sebagian Kalimantan Timur
  • Sebagian Kalimantan Barat
  • Sebagian Kalimantan Selatan
  • Sebagian Sulawesi Selatan
  • Sebagian kecil Gorontalo
  • Sebagian Sulawesi Tenggara
  • Sebagian Maluku bagian Kepulauan Aru dan Tanimbar
  • Papua
  • Papua Selatan.

Baca Juga: Meski Sebagian Wilayah Masih Hujan, BMKG Ingatkan Potensi Kekeringan Meteorologis saat Kemarau

Waspada Kekeringan Meteorologis

Dwikorita Karnawati menuturkan, kepada pemerintah daerah, BMKG merekomendasikan agar daerah yang masih mengalami hujan atau transisi dari musim hujan ke musim kemarau, untuk dapat segera mengoptimalkan secara lebih masif upaya untuk memanen air hujan.

Pemanenan dapat dilakukan melalui tandon-tandon/ tampungan-tampungan air, embung-embung, kolam-kolam retensi, sumur-sumur resapan, dan lain sebagainya seiring dengan upaya mitigasi dampak kejadian ekstrem hidrometeorologi basah yang sedang dilakukan.

"Terkait pertanian, maka pola dan waktu tanam untuk iklim kering pada wilayah terdampak dapat menyesuaikan. Karenanya, BMKG akan melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Menteri Pertanian dan Gubernur Provinsi terdampak," imbuhnya.

Dwikorita mengungkapkan bahwa BMKG berharap informasi peringatan dini kesiap-siagaan musim kemarau tersebut dapat dimanfaatkan secara efektif oleh pemerintah pusat dan daerah. 


 



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x