YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Isu lingkungan menjadi salah satu isu yang diperhatikan anak muda dalam menentukan calon pemimpin masa depan.
Hal tersebut merupakan temuan dari survei yang dilakukan PilahPilih.id, di mana 97 persen dari 1.049 responden mempertimbangkan isu lingkungan saat memilih calon pemimpin.
Survei tersebut juga menemukan bahwa 90 persen anak muda merasa bahwa isu lingkungan belum menjadi perhatian yang serius dalam diskusi politik, khususnya dalam Pemilu 2024.
Baca Juga: Pemilu 2024, BSSN RI Minta Masyarakat Waspadai Tiga Malware Ini
Ketua Solidaritas Perempuan (SP) Kinasih, Sana Ullaili, menjelaskan bahwa dalam debat capres-cawapres yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), para paslon tidak dapat melepaskan kata ekonomi ketika membahas isu lingkungan.
“Semua berbicara isu lingkungan tidak jauh dari ekonomi. Semua menyebutkan kata ekonomi hijau, ekonomi biru,” kata Sana dalam diskusi Memilah Pemimpin Bermasa Depan Iklim di Sleman Creative Space, DI Yogyakarta (DIY), Sabtu (10/2/2024).
“Semua ngomong soal orientasi kapital. Ada kata mekanisasi pertanian, diulang berkali-kali. Ada yang menyebutkan produksi pupuk berbasis pada industri,” sambungnya.
Sana menilai bahwa mekanisasi pertanian justru tidak ramah lingkungan. Pasalnya, mekanisasi pertanian merupakan pola pertanian yang industrial yang membutuhkan energi. Sementara, energi yang masih digunakan saat ini adalah energi dari batubara yang dianggap sebagai energi kotor.
Selain itu, petani-petani di Indonesia juga semakin sulit keluar dari garis kemiskinan ketika basis pertanian diubah menjadi mekanisasi pertanian.
“Kira-kira petani kita mampu nggak untuk keluar dari kemiskinan ketika basisnya adalah mekanisasi pertanian? Petani itu nggak jauh-jauh dari, yang penting menanam, undah untung bisa ikut makan. Tidak lebih,” jelasnya.
Baca Juga: Apa Saja yang Dilarang ketika Masa Tenang Kampanye? Simak Berikut Ketentuannya
Dalam satu tahun terakhir, petani dihadapkan dengan berbagai masalah, seperti krisis iklim, produksi yang menurun, pupuk yang mahal, dan upah buruh petani yang rendah.
“Produksi menurun, dijawab dengan mekanisasi pertanian, industrialisasi pupuk. Pupuk dan upah buruh, mahal bagi petani,” terangnya.
Sana mengatakan bahwa isu lingkungan ini harus terus digaungkan. Tidak berhenti di hari pemungutan suara pada 14 Februari 2024 mendatang.
“Siapapun yang nanti akan menang, tugas kita adalah mengawal secara tegas,” tegasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.