“Guru besar ini kan sudah merupakan puncak karier akademisi di Indonesia, yang tentunya setiap guru besar ini akan mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya, setiap ucapannya terkait situasi dan kondisi.”
“Kalau misalnya ini digerakkan, saya yakin tidak. Justru kami di antara kampus-kampus satu dengan yang lain, khususnya kampus kami, kami nggak pernah kontak dengan kampus-kampus lain,” bebernya.
Justru, kata dia, pihaknya melihat ada sesuatu yang tidak bener di negara ini.
Saat ditanya mengenai kenapa gerakan dan petisi tersebut muncul menjelang pelaksanaan pencoblosan di Pemilu 2024, ia menyebut ini merupakan puncak kereahan perguruan tinggi.
“Menurut saya itu kan tafsirnya saja, kebetulan momennya dilakukan. Ini adalah puncak keresahan perguruan tinggi setelah melihat fenomena-fenomena,” jelasnya.
“Hal ini pula yang menyebabkan banyak perguruan tinggi dari Indonesia barat samapai Indonesia timur semua seiya sekata menyuarakan hal yang sama.”
Ia bahkan yakin bahwa gerakan yang dilakukan nyaris serempak itu bukan suatu kesengajaan menjelang pemilu.
Baca Juga: Pengakuan Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta Diminta Buat Testimoni Kinerja Jokowi: Aneh
“Saya yakin ini tidak disengaja, tidak dilontarkan menjelang pemilu saja. Untuk memihak paslon tertentu? Tidak.”
“Tidak ada niatan dari kalangan akademisi mana pun untuk mendiskreditkan paslon tertentu,” tegas Rektor Atma Jaya Yogyakarta itu.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.