JAKARTA, KOMPAS.TV - Calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Baswedan, menggunakan bahasa isyarat saat membuka debat capres terakhir di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (4/2/2024).
Sebelum menyampaikan visi dan misi, Anies tampak melakukan gestur menunjuk jam tangan yang dikenakannya lalu memutarkan kedua tangannya.
Dilansir Tribunnews.com, gestur tersebut merupakan bahasa isyarat yang artinya “waktunya perubahan”.
Setelah menyampaikan bahasa isyarat tersebut, Anies kemudian menyampaikan visi dan misinya.
Baca Juga: Anies: Memiliki Kewenangan di Pemerintahan, Tidak Berarti Memiliki Pengetahuan tentang Masalah
Selain menggunakan bahasa isyarat, Anies juga menggunakan beberapa ungkapan dalam bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Ambon saat menutup pemaparan visi dan misinya.
Saat menggunakan bahasa Jawa, mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengutip ungkapan Jawa, “Sopo wani rekoso, bakal gayuh mulyo” yang artinya “Siapa pun yang bersungguh-sungguh dalam usahanya, akan meraih kemuliaan.”
Ungkapan ini digunakan saat ia memaparkan kesulitan yang dihadapi masyarakat Indonesia dalam mendapatkan kesempatan.
“Bila kesempatan tidak ada, menghasilkan frustrasi,” ucapnya.
Baca Juga: Saat Prabowo Setuju Anies soal Peningkatan Kualitas Guru dan Dosen: Beliau Mantan Menteri Pendidikan
Ia juga mengucapkan ungkapan bahasa Sunda, “ngadek sacekna nilah saplasna” yang berarti konsistensi ucapan perbuatan, kearifan, dan kejujuran.
Adapun bahasa Ambon yang digunakan Anies adalah “katong” yang berarti “kita”. Kata ini digunakan di akhir kalimat yang diucapkan Anies.
“Katong bergerak untuk perubahan, untuk seluruh rakyat Indonesia di mana pun berada,” pungkasnya.
Debat capres terakhir ini mengusung tema kesejahteraan sosial, pembangunan sumber daya manusia, dan inklusi, dengan sub tema pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, kebudayaan, teknologi informasi, kesejahteraan sosial dan inklusi.
Sumber : Kompas TV, Tribunnews.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.