JAKARTA, KOMPAS.TV – Eka Gumilar selaku juru bicara (jubir) Tim Nasional (Timnas) pasangan calon preiden-wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) berpendapat bahwa napas Anies Baswedan mewakili aspirasi pemikiran masyarakat Yogyakarta.
Penjelasan Eka Gumilar tersebut disampaikan dalam dialog Sapa Indonesia Pagi, Kompas TV, Rabu (31/1/2024), menjawab pertanyaan tentang memori antara Anies dengan Yogyakarta.
“Benar sekali, bahwa Pak Anies memang sangat paham karakter Jogja karena memang sejak TK sampai kuliah di sana, tentunya bergaul sehari-hari dan napasnya tentu sudah mewakili aspirasi pemikiran dan bisa menyerap pemikiran warga Jogja,” ucap Eka.
“Tapi yang menjadi penting bagi kami terkait kunjungan paslon kami ke Jogja, karena kita memandang bahwa Jogja ini adalah miniaturnya Indonesia,” ujarnya.
Ia berpendapat semua budaya di Indonesia, termasuk etnis, suku, dan agama, dapat ditemui di Yogyakarta.
Baca Juga: Hasto Ungkap Mahfud Bertemu Megawati: Sudah Diberi Restu Mundur
“Rukun di sana tapi mempertahankan budaya Indonesia. Saya menggarisbawahi juga mengenai Yogyakarta adalah memiliki medan magnet kultur yang memang luar biasa bagi orang yang pernah tinggal di sana,” ucaprnya.
“Mereka akan cinta di sana, mereka pernah belajar di sana tetap akan cinta Yogyakarta.”
Yang tak kalah penting menjelang pilpres ini, lanjut Eka, bahwa Sri Sultan Hamengku Buwono X tidak hanya memimpin masyarakat Jogja.
“Beliau juga representatif dari raja-raja dan kesultanan yang tersebar di Indonesia, itu juga bisa memengaruhi keseluruhan. Itulah yang kita anggap kenapa Jogja ini demikian penting.”
Saat ditanya apakah pihak AMIN mengharapkan dukungan dari Sultan atau berharap pengaruhnya, ia menjawab bahwa kunjungan Anies menemui Sultan untuk mendapatkan masukan.
“Tentu kunjungan Mas Anies ke sana untuk mendapatkan masukan, karena kita tahu perlu keteladanan beliau kita pelajari, kita gali,” ucapnya.
Baca Juga: Istana soal Hasto dan Risma Sebut Menteri Jokowi Sudah Tak Nyaman: Narasi Politik Tidak Sesuai Fakta
“Kita harus belajar bagaimana Sultan bisa memimpin Yogyakarta dengan jiwa kenegarawanan. Tadi yang dibilang bahwa Sultan Jogja tidak berpihak.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.