JAKARTA, KOMPAS.TV- Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Andreas Hugo Pareira mengaku malu sekaligus kecewa dengan sikap politik Presiden Joko Widodo perihal Gibran Rakabuming Raka yang menjadi bakal cawapres Prabowo Subianto.
Pernyataan itu disampaikan oleh Andreas merespons dalam dialog Sapa Indonesia Pagi KOMPAS TV, Senin (30/10/2023).
“Biarlah masyarakat yang menilai, hari ini masyarakat yang menilai siapa yang sebenarnya menjadi korban dalam proses politik ini. Saya sebagai kader PDI Perjuangan ada rasa kecewa ada rasa malu juga, karena kami habis-habisan membela yang bersangkutan tapi kemudian yang terjadi seperti ini,” ucap Andreas.
“Ya kurang lebih dalam peribahasanya seperti itu (air susu dibalas dengan air tuba -red), orang makan di situ kemudian dia muntah di situ.”
Kemudian Andreas dikonfirmasi oleh Jurnalis KOMPAS TV, Adisti Larasati apakah pernyataan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto bentuk rasa kecewa kepada Jokowi yang membiarkan Gibran maju sebagai bakal cawapres Prabowo Subianto.
Baca Juga: Andreas: Tidak "Apple to Apple" Menyamakan Antara Presiden Joko Widodo dengan PDI-P
“Hasto ini kawan baik saya, saya kenal dia cukup lama dan saya tahu dia bagaimana menjadi orang yang dalam proses-proses politik yang ada di dalam ruang-ruang kecil maupun di ruang publik bagaimana dia menjadi orang yang membela Pak Jokowi, itu saya tahu persis,” jelas Andreas.
“Dan oleh karena itu kalau dia mengungkapkan itu, baik secara pribadi maupun sebagai seorang Sekjen, saya sangat paham dan saya bisa merasakan apa yang bisa dia rasakan.”
Tidak hanya itu, Andreas juga beberkan alasan kenapa PDI Perjuangan hingga kini belum memecat Gibran Rakabuming Raka yang tidak tunduk pada perintah partai terkait Pilpres 2024.
Baca Juga: Relawan Projo: Serangan Terbuka Hasto Kristiyanto Upaya Mendiskreditkan Jokowi
“Kalau soal itu sudahlah, biar publik yang menilai dan kemudian kami fokus pada Mas Ganjar dan Prof Mahfud itu untuk ke depannya, mereka adalah orang yang mengerti berorganisasi, punya etika dan moral politik,” ucap Andreas.
“Seharusnya dia (Gibran) dalam posisi yang dewasa dalam berpolitik dan kemudian dicalonkan untuk posisi yang begitu tinggi, seharusnya memahami bagaimana cara yang terbaik untuk meninggalkan partai yang dulu mendukung dan membesarkan dia,” kata Andreas.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.