JAKARTA, KOMPAS.TV - Pemilihan presiden di 2024 dinilai bakal berlangsung dua putran. Hal ini lantaran elektabilitas ketiga bakal bakal calon presiden masih di bawah dari 40 persen.
Di sisi lain partai pengusung bakal capres juga tidak ada yang dominan sehingga membuat kompetisi tidak dapat diselesaikan satu putaran.
Dosen Ilmu Politik Fisip Universitas Indonesia (UI) Aditya Perdana menilai selain dua faktor tersebut ada juga faktor bakal cawapres dan tidak bertemunya kesepakatan antar elit partai politik.
Menurutnya elit partai politik sangat menginginkan Pilpres 2024 dijalankan satu putaran demi efektifitas dan efisiensi pemilu serentak.
Akan tetapi kepentingan untuk meraih suara di pemilihan legislatif dengan mengandalkan efek ekor jas dari bakal capres-cawapres yang diusung membuat elit partai politik memilih untuk mengusung calon masing-masing.
Baca Juga: Jawab Pertanyaan Mahasiswa Unhas, Anies Sebut Bukan Antitesa 2 Bacapres: Itu Kesimpulan Pengamat
Hal ini bisa dilihat dari sebagian besar elite partai politik yang cenderung bersikap melihat perkembangan, tidak agresif untuk melakukan manuver dalam pembentukan koalisi, dan seakan menunggu atau bermain aman dalam pencalonan pilpres sehingga publik hanya diminta mengikuti pertunjukan yang sedang dimainkan para elite.
"Hal ini mendorong adanya skema simulasi ataupun skenario dua putaran. Namun skenario yang ada pun tidak mudah dapat dilakukan," ujar Aditya Perdana di Kampus UI Depok, Senin (25/9/2023), dikutip dari Antara.
Sedangkan para kandidat bakal cawapres yang muncul dalam sejumlah survei, dinilai Aditya belum mampu mendukung elektabilitas bakal capres untuk memenangkan satu putaran.
"Kita berharap ada kejutan-kejutan yang lebih baik agar ada upaya memecahkan kebuntuan koalisi agar publik memiliki banyak pilihan yang variatif dalam koalisi pilpres mendatang," ujarnya.
Sejauh ini baru baru Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang secara resmi mendeklarasikan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai bakal capres-cawapres.
Baca Juga: Bangganya Kaesang Pakai Kemeja Kotak-Kotak di Kopdarnas PSI, Ini Alasannya
Sedangkan Koalisi Indonesia Maju yang beranggotakan Partai Gerindra, Golkar, PAN, PBB, Partai Gelora, Partai Garuda dan Partai Demokrat yang mengusung dan mendukung Prabowo Subianto Capres 2024, belum menentukan bakal Cawapres Prabowo.
Begitu juga kerja sama yang dibangun PDI Perjuangan bersama PPP, Parai Hanura dan Partai Perindo yang mengusung dan mendukung Ganjar Pranowo sebagia Capres 2024 belum menentukan bakal pendamping Ganjar di Pilpres 2024.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.