JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo menyatakan, dunia saat ini dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Negara-negara yang terlibat konflik semakin banyak. Data dari Global Conflict Risk Index menyebutkan, pada 20228 ada 58 negara yang terlibat konflik. Angka itu naik jadi 91 negara yang terlibat konflik di tahun 2023.
Jokowi menyampaikan, angka kematian akibat konflik global ikut meningkat, menjadi 238.000 jiwa di 2023. Konflik juga berdampak pada perekonomian dunia.
“Dampak ekonomi naik 17 persen, menjadi 17,5 triliun dollar Amerika. Setara 13 persen GDP (gross domestic product) global. Itu jumlah yang sangat besar,” kata Jokowi saat membuka ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC) 2023 di Jakarta, Senin (7/8/2023).
Di saat yang sama, Jokowi menyebut masyarakat dunia semakin tidak religius. Hal itu terlihat dari hasil survey Ipsos Global Advisor terkait Global Religion 2023. Dari lebih 19.000 responden survei di 26 negara, 29 persen menyatakan diri mereka agnostik dan ateis.
Baca Juga: Demokrat Sebut Jokowi Mesti Cawe-cawe Soal Laporan Polisi Rocky Gerung
Sementara itu, data dari EU Research Centre memperlihatkan, jumlah kekerasan fisik yang mengatasnamakan agama dan kepercayaan semakin meningkat.
“Saya yakin Bapak Ibu punya komitmen yang sama, menjadikan ASEAN teladan dalam persatuan, jangkar perdamaian dunia,” ujar Jokowi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan, Indonesia adalah negara yang masyarakatnya sangat percaya Tuhan.
“90 persen Masyarakat Indonesia yakin moral baik ditentukan kepercayaan kepada Tuhan,” ucapnya.
Menurut Jokowi, dengan modal itulah Indonesia sampai saat ini mampu menjaga kerukunan dan mengelola keberagaman, ia berharap Indonesia bisa menjadi contoh untuk negara-negara ASEAN dan negara lainnya.
Baca Juga: Cerita Jokowi Terjebak Macet Horor 6 Jam ke Sukabumi: Saya Ngalamin Sendiri Sekali
“Saya yakin Masyarakat ASEAN mampu jadi katalisator perdamaian dunia. Bukan hanya jadi epicentrum of growth tapi juga epicentrum of harmony, yang bisa menjaga stabilitas kawasan dan perdamaian dunia,” tuturnya.
ASEAN IIDC merupakan acara yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), sebagai wadah dialog antar agama dan kebudayaan di Asia Tenggara.
“ASEAN IIDC 2023 merupakan agenda yang luar biasa untuk memfasilitasi dialog antar-budaya, kolaborasi ilmiah, dan pertukaran pengetahuan yang berharga di antara komunitas akademik dan praktisi dari berbagai negara di kawasan ASEAN. UNU Yogyakarta sangat bangga terlibat dalam agenda besar dan bersejarah ini,” ungkap Rektor Universitas Nahdatul Ulama (UNU) Yogyakarta Widya Priyahita dalam keterangan tertulisnya (5/8).
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.