JAKARTA, KOMPAS.TV - Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta PT Bank Syariah Indonesia (BSI) dan bank-bank lainnya di Indonesia membenahi sistem teknologi agar lebih siap menghadapi pembajakan atau peretasan.
Pernyataan itu disampaikan Ma'ruf menyusul dugaan peretasan sistem BSI yang menyebabkan terganggunya layanan sejak 8 Mei 2023 lalu.
"Ini pengalaman yang kurang bagus ya untuk terjadi hang. Karena itu saya minta BSI membenahi sistem teknologinya, supaya tidak terjadi lagi," kata Ma'ruf di Pulau Untung Jawa, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Senin (15/5/2023) dilansir dari Antara.
Ia pun mengingatkan, gangguan layanan BSI menimbulkan kesan di tengah masyarakat bahwa sistem teknologi yang ada saat ini kurang baik.
Oleh karena itu, ia meminta agar manajemen BSI menjaga kepercayaan nasabah dengan menjaga stabilitas layanannya.
“Saya minta BSI membenahi sistem teknologinya supaya tidak terjadi lagi, dan sekarang juga cepat untuk mengembalikan, sehingga tidak mengganggu (layanan) dan merusak kepercayaan (nasabah),” ujarnya.
Baca Juga: Layanan BSI dengan Kemenkeu Kembali Normal, Nasabah Bisa Transaksi Pembayaran Gaji hingga Pajak
Bukan hanya BSI, Ma'ruf juga mengajak bank syariah maupun bank konvensional lainnya untuk mengantisipasi berbagai serangan terhadap sistem keamanan teknologi.
“Bukan hanya BSI saya kira, bank-bank syariah yang lain juga harus antisipatif,” jelas mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia itu.
“Karena itu, kepada seluruh bank, baik yang syariah maupun konvensional supaya lebih siap dengan situasi terjadinya pembajakan-pembajakan,” imbuhnya. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, sistem BSI diduga mengalami serangan siber atau peretasan data yang mengakibatkan terganggunya layanan.
Kemarin, Sabtu (13/5) akun pelacak peretasan di Twitter, @darktracer_int atau Fusion Intelligence Center membagikan pengumuman dari Lockbit 3.0 yang disebut sebagai geng ransomware.
Lockbit 3.0 mengaku telah mencuri 1,5 terabita data BSI yang terdiri dari nama, alamat, informasi dokumen, nomor kartu, nomor telepon, dan transaksi nasabah.
Data lain yang juga diklaim dicuri ialah dokumen keuangan, dokumen hukum, hingga kata sandi (password) untuk semua layanan internal dan eksternal yang digunakan di bank.
Baca Juga: 15 Juta Data Bank Syariah Indonesia Diduga Diretas, Direktur Utama: Perlu Pembuktian
Dalam pengumuman itu, peretas mengancam akan menjual data yang telah dicuri ke situs gelap (dark web) jika manajemen tidak menghubungi dalam waktu 72 jam atau tiga hari.
Peretas juga mengancam bahwa data perusahaan akan dipublikasikan pada Senin, 15 Mei 2023, pukul 21.09 UTC atau Selasa, 16 Mei, pukul 04.09 WIB.
Menanggapi dugaan kebocoran data ini, Direktur Utama BSI Hery Gunardi menegaskan, pihaknya telah meningkatkan dan melakukan perbaikan pengamanan sistem teknologi informasi perseroan.
Hal tersebut dilakukan berdasarkan pedoman dan standar yang ditetapkan.
”Prioritas utama kami menjaga data dan dana nasabah,” ujarnya dilansir dari Kompas.id, Minggu (14/5).
BSI juga telah memperkuat keamanan teknologi perseroan di divisi khusus yang berada di bawah CISO (Chief Information and Security Officer).
”CISO ini kerjanya sama seperti satpam fisik, melakukan ronda. Tapi, ronda dari sisi teknologi. CISO akan melihat titik-titik weak point yang harus ditutup. Itu adalah satu upaya untuk melindungi data nasabah,” ujarnya.
Baca Juga: Data Bank Syariah Indonesia Diduga Bocor, Pakar Imbau Nasabah Ganti Password dan Pin ATM
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.