Ia kemudian mencontohkan sisa-sisa pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang dimulai sejak tahun 2016, dan hingga kini sisa kebencian itu masih ada.
“Jadi, hal-hal seperti itu kalau misalkan mereka, para politisi ini, mulai menggunakan momentum Lebaran untuk bertobat tadi itu.”
Baca Juga: Pengamat Politik Sebut Dukungan PPP ke Ganjar Pranowo Bukti Koalisi Indonesia Bersatu Rawan Goyah
“Jadi, udah kita tarungnya tarung gagasan, tarungnya tarung ideologi, katanya mau menyongsong 2045. Tapi, ya itu tadi ya, kayaknya utopis ya sepertinya. Cuma, masyarakat juga harus mengingatkan, ya,” urai Alissa.
Dalam dialog yang sama, budayawan Eros Djarot yang juga hadir sebagai narasumber, menceritakan dirinya pernah dimarahi oleh mantan Panglima TNI Leonardus Benyamin Moerdani atau Benny Moerdani, dan mengingatkan agar berhati-hati jika pemilihan presiden hanya diikuti oleh dua pasangan calon.
“Lanjut ya, gini, saya ingat dulu, ada kawan kita itu yang orang berkuasa, paling serem, namanya Benny Moerdani, saya dimarahin dulu, ‘Ros, aku ngerti kowe ki ra seneng Golkar (saya tahu kamu tidak suka Golkar)’, gitu katanya.”
“Tapi dia bilang gini, ‘Hati-hati kalau cuma dua (pasang)’. Saya ingat terus, ya. Kalau dua yang muncul, pasti yang berhadapan nasionalis lawan Islam, saya jamin itu,” kata Eros.
Berdasarkan hal itu, kata Eros, ia selalu berupaya menghindarkan pemilihan yang hanya diikuti oleh dua calon.
“Makanya selalu saya menghindarkan itu, tapi rupanya kawan-kawan saya di politik itu salah paham dan berkembang jadi paham yang salah,” ucapnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.