Kompas TV nasional peristiwa

Virus Marburg Telan 9 Korban Jiwa di Afrika, Kementerian Kesehatan Imbau Indonesia Waspada

Kompas.tv - 28 Maret 2023, 18:41 WIB
virus-marburg-telan-9-korban-jiwa-di-afrika-kementerian-kesehatan-imbau-indonesia-waspada
Virus Marburg menyebabkan kematian di Provinsi Kie Ntem, Guinea Ekuatorial, Kementerian Kesehatan RI pun imbau masyarakat untuk waspada, Selasa (28/3/2023). (Sumber: Kompas.com)
Penulis : Nadia Intan Fajarlie | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Usai menerima laporan bahwa Virus Marburg menelan korban jiwa, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau masyarakat Indonesia untuk waspada, Selasa (28/3/2023). 

Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, penyakit Marburg telah menyebabkan sembilan (9) orang meninggal dunia di Provinsi Kie Ntem, Guinea Ekuatorial pada Februari lalu. Selain itu, ada 16 kasus suspek di negara yang terletak di Afrika Tengah tersebut.

Melalui keterangan tertulis, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Siti Nadia Tarmizi menyebut, belum ada laporan kasus atau suspek penyakit Marburg di Indonesia. Namun, pemerintah tetap meminta masyarakat untuk waspada. 

Nadia menerangkan, Indonesia telah melakukan rapid risk assessment atau penilaian risiko cepat penyakit virus Marburg pada 20 Februari 2023. Hasilnya, kemungkinan importasi kasus virus Marburg di Indonesia rendah.

Juru bicara Kemenkes Mohammad Syahril pun mengingatkan pemerintah dan masyarakat agar tak lengah terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. 

“Kita perlu tetap melakukan kewaspadaan dini dan antisipasi terhadap penyakit virus Marburg,” kata Syahril, Selasa (28/3) melalui pesan tertulis. 

Baca Juga: Jerman Tetapkan China sebagai "Area Varian Virus Berbahaya", Turis China Wajib Tes Covid

Syahril menerangkan, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran tentang Kewaspadaan terhadap Penyakit Virus Marburg. 

Oleh karena itu, seluruh pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, SDM kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait harus waspada terhadap virus yang berasal dari Guinea Ekuatorial itu. 

Sebelumnya, WHO telah menerima laporan kasus penyakit Marburg  pada Senin 13 Februari 2023. Gejala yang dialami penderita penyakit Marburg di antaranya demam, kelelahan (fatigue), muntah berdarah, dan diare. 

Dari 8 sampel yang diperiksa, satu sampel dinyatakan positif virus Marburg. Kejadian Luar Biasa (KLB) di Guinea Ekuatorial diperkirakan telah dimulai sejak 7 Februari 2023.  

Virus Marburg (filovirus), kata Nadia, merupakan salah satu virus paling mematikan dengan fatalitas mencapai 88 persen. Penyakit virus Marburg merupakan penyakit demam berdarah yang jarang terjadi. 

Baca Juga: Ghana Konfirmasi 2 Kasus Marburg, Virus Mirip Ebola yang Mematikan, Belum Ada Vaksinnya

"Virus ini satu family dengan virus Ebola. Penularan kepada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan orang ataupun hewan yang terinfeksi, atau melalui benda yang terkontaminasi oleh virus Marburg," ujarnya.

Di sisi lain, Syahril menyebut, gejala penyakit Marburg mirip dengan penyakit malaria, tifus, dan demam berdarah yang banyak terjadi di Indonesia, sehingga penyakit baru ini masih sulit dikenali.


Gejala dan cara penularan

Gejala penyakit Marburg di antaranya demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, mual muntah, diare, dan perdarahan. Penyakit ini juga dapat menyebabkan perdarahan pada hidung, gusi, vagina atau melalui muntah dan feses yang muncul pada hari ke-5 sampai hari ke-7. 

Marburg menular lewat cairan tubuh langsung dari kelelawar atau primata. Kelelawar buah mesir atau Rousettus aegyptiacus disebut menjadi host atau inang virus ini. Kelelawar ini bukan merupakan spesies asli Indonesia dan belum ditemukan di Tanah Air. Namun, Indonesia masuk dalam jalur pergerakan kelelawar ini.

Belum ada vaksin virus Marburg

Syahril menerangkan, belum ada vaksin virus Marburg yang tersedia di dunia. Saat ini, vaksin untuk virus Marburg masih dalam tahap pengembangan. 

Kini, ada dua vaksin yang memasuki uji klinis fase pertama, yakni vaksin strain Sabin dan vaksin Janssen. 

“Belum ada obat khusus, pengobatan bersifat simtomatik dan suportif, yaitu mengobati komplikasi dan menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit,” pungkasnya.

 

 

 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x