Kompas TV nasional sosial

Penurunan Tanah di Jakarta dan Semarang yang Picu Banjir Disebut Mirip, Pakar UGM Jelaskan Sebabnya

Kompas.tv - 7 Januari 2023, 05:05 WIB
penurunan-tanah-di-jakarta-dan-semarang-yang-picu-banjir-disebut-mirip-pakar-ugm-jelaskan-sebabnya
Genangan banjir di Jalan Pantura Kaligawe Semarang mulai surut, Rabu (3/1/2023). (Sumber: Kompas.com)
Penulis : Switzy Sabandar | Editor : Vyara Lestari

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Dosen Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Heri Sutanta menemukan fakta kemiripan penurunan tanah di Semarang dan Jakarta.

Hasil penelitiannya menyimpulkan, penurunan tanah di dua kota besar di Pulau Jawa itu dipercepat pemanfaatan air tanah yang berlebihan dan melebihi kapasitas imbuhannya.

Berdasarkan hasil penelitiannya, di daerah tangkapan air Kota Semarang dulu terdapat banyak kebun, tanah tegalan, dan ruang terbuka. Namun, kini berubah menjadi kompleks perumahan, kawasan industri dan pembangunan infrastruktur lainnya.

“Hal ini menyebabkan berkurangnya imbuhan di Cekungan Air Tanah (CAT) Semarang,” ujarnya menanggapi bencana banjir yang sering melanda kota besar di sepanjang pantai utara Jawa, Jumat (6/1/2023).

Baca Juga: Jebakan Banjir Rob, Sumur Air Tanah, dan Kerusakan Lingkungan

Ia menyebutkan, di Semarang, kenaikan air laut global saat ini mencapai 3 sampai 5 milimeter per tahun sementara penurunan tanah mencapai 9 sentimeter. Artinya, ada kenaikan penurunan tanah 30 kali lebih besar dibanding kenaikan air laut global.

Menurut Heri, faktor lokal penurunan tanah ini lebih berdampak terhadap kenaikan relatif permukaan laut di Semarang dan Jakarta. Bahkan, percepatan penurunan tanah ini menyebabkan dua kota ini sering dilanda banjir saat curah hujan tinggi, karena posisi daratan di pesisir lebih rendah dari air permukaan laut.

Baik di Semarang maupun di Jakarta, posisi daratan pesisir yang lebih rendah dari air permukaan laut ini harus ditangani secara komprehensif, kata Heri. Daerah permukiman dan industri yang ada saat ini di kawasan pesisir dapat dilindungi dengan tanggul laut.

Selanjutnya juga dipersiapkan banyak pompa untuk mengalirkan air dari drainase ke sungai besar yang aliran airnya menuju laut.

“Harus ada pompa yang disiapkan walaupun membutuhkan biaya operasional yang besar,” ucapnya.

Ia mengungkapkan, di antara kota besar di Indonesia, sejauh ini hanya Jakarta dan Semarang yang mengalami proses penurunan tanah yang begitu cepat. Untuk mengantisipasi terjadinya dampak yang lebih besar di kemudian hari, ia mengusulkan agar pemerintah membuat kebijakan yang komprehensif. 

Baca Juga: Krisis Air Bersih Sejak 1980, Begini Kondisi Air Tanah di Kawasan Muara Angke Jakarta

Pertama, mengatur pengambilan air tanah dan menjaga imbuhannya melalui perubahan pembatasan penggunaan lahan di daerah tangkapan airnya. Kedua, menanggulangi dampaknya, misal dengan pembangunan tanggul pantai untuk melindungi infrastruktur dan warga.


 

 

 



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x