JAKARTA, KOMPAS.TV - Epidemiolog Dicky Budiman mengingatkan masyarakat Indonesia tentang dampak jangka panjang Covid-19 meski aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) telah dicabut pemerintah.
Menurutnya, pencabutan PPKM memang dimungkinkan karena status Indonesia semakin terkendali, terjaga, serta kasus infeksi berada di level atau batas yang masih bisa direspons sistem kesehatan.
"Namun harus diingat bahwa situasi di dalam negeri ini masih belum aman, karena testing yang terbatas membuat kita harus berhati-hati dan agak gelap sebetulnya dalam melihat situasi, ditambah juga surveilans genomik (pelacakan virus -red) yang rendah," ungkap Dicky kepada KOMPAS.TV, Selasa (3/1/2023).
Ia mengingatkan tentang sirkulasi sub varian virus Corona yang sangat efektif dalam menginfeksi dan menginfeksi ulang serta menerobos antibodi.
"Antibodi yang ada tetap bisa terinfeksi, dan itu yang menjadi masalah," ujarnya.
Tahun 2023, Indonesia tidak lagi berhadapan dengan masalah kematian atau keparahan, melainkan dampak jangka menengah dan jangka panjang akibat Covid-19.
Baca Juga: Ada Lonjakan Kasus Covid-19 di China, Epidemiolog Ingatkan Indonesia Waspadai Potensi Mutasi Virus
"Yang saat ini harus menjadi perhatian dan kewaspadaan kita adalah dampak jangka menengah dan jangka panjang Covid-19," ujarnya.
Dampak jangka panjang atau long covid, di antaranya kerusakan organ-organ dalam bagi penyintas, terutama mereka yang terkena penyakit ini lebih dari satu kali.
"Jadi perusakan di organ-organ yang bisa dialami orang yang terinfeksi Covid-19 apalagi lebih dari satu kali, ini yang akan terjadi, yang akan membuat kualitas sumber daya manusia Indonesia menjadi menurun, dan menjadi masyarakat sakit-sakitan," tuturnya.
"Ini yg ditakutkan oleh banyak negara saat ini di dunia," imbuhnya.
Walaupun belum jadi perhatian banyak negara, kata Dicky, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengingatkan adanya potensi tsunami long covid.
Baca Juga: Epidemiolog Ungkap Penyebab Covid-19 Mengganas di Jepang dan China: Durasi dan Cakupan Vaksinasi
"Kasus kematiannya mungkin turun, tapi angka diabetes akan meningkat, hipertensi, jantung, stroke, kematian mendadak, mungkin juga gangguan di kognitif, karena otak yang juga rusak," terangnya.
Ia juga mengungkapkan kemungkinan munculnya penyakit-penyakit baru, misalnya hepatitis misterius.
"Dan itu bukan hal baru dalam pandemi yang disebabkan oleh virus," tegasnya.
Menurut dia, kondisi tersebut yang akan dihadapi oleh Indonesia pada tahun keempat pandemi dan seterusnya.
Oleh karena itu, masyarakat tidak bisa hanya mengandalkan vaksin atau antibodi saja, tapi juga tetap melaksanakan protokol kesehatan.
"Bahwa PPKM-nya diangkat ya silakan, tapi kita perlu ada lagi satu mekanisme yang menjadi pedoman semua pihak dalam intervensi kesehatan masyarakat, yang bisa jadi andalan untuk membantu memperkuat proteksi antibodi atau vaksin itu," ujarnya.
Baca Juga: Covid-19 Melonjak di Tiongkok dan Sejumlah Negara, Ini Saran Epidemiolog untuk Pemerintah Indonesia
Ia pun menekankan pentingnya penggunaan masker, terutama di daerah yang rawan terjadi penularan. Sebab, banyak penderita Covid-19 saat ini yang tidak bergejala.
"Kalau masker hanya untuk orang sehat, ya itu salah besar dan keliru besar, karena kasus Covid-19 ini banyak yang tidak bergejala dan merasa sehat," ujarnya.
Kurangnya kesadaran menggunakan masker, kata Dicky, menyebabkan banyak orang terdampak. Pasalnya, banyak penderita yang merasa sehat, namun ternyata menularkan virus Corona kepada orang lain.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.