Kompas TV nasional update

Psikolog Forensik Ungkap Profil Ferdy Sambo: Cerdas, Butuh Dukungan Orang Lain, Bisa Dikuasai Emosi

Kompas.tv - 21 Desember 2022, 12:20 WIB
psikolog-forensik-ungkap-profil-ferdy-sambo-cerdas-butuh-dukungan-orang-lain-bisa-dikuasai-emosi
Terdakwa kasus pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat, Ferdy Sambo (kiri), mengikuti sidang lanjutan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Rabu (14/12/2022). (Sumber: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/wsj)
Penulis : Nadia Intan Fajarlie | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ahli psikologi forensik Reni Kusumowardhani mengungkapkan profil terdakwa Ferdy Sambo dalam sidang kasus pembunuhan berencana Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J, Rabu (21/12/2022).

Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) itu menyebutkan Ferdy Sambo di antaranya, memiliki kecerdasan di atas rata-rata, membutuhkan dukungan orang lain dalam mengambil keputusan besar, dan bisa sangat dikuasai emosi.

"Bapak Ferdy Sambo memiliki kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan abstraksi, imajinasi, dan kreativitasnya sangat baik, secara umum cara berpikirnya lebih ke arah praktis dibanding teoritis," kata Reni di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (Jaksel) dipantau dari Breaking News Kompas TV, Rabu (21/12/2022).

"Pola kerjanya tekun, motivasi berprestasinya tinggi untuk mencapai target lebih tinggi daripada target yang diberikan kepadanya," ujarnya.

Di sisi lain, ia menyatakan bahwa suami Putri Candrawathi itu kurang percaya diri, sehingga membutuhkan dukungan orang lain terutama dalam mengambil keputusan besar.

"Tipe kepribadiannya, individu yang kurang percaya diri dan membutuhkan dukungan orang lain di dalam bertindak dan mengambil keputusan terutama dalam hal-hal yang besar, ada pengalaman kecil yang membuat dia merasa nyaman apabila ada orang-orang yang melindungi di sekitarnya," tutur Reni.

Baca Juga: Motif Kekerasan Seksual di Kasus Pembunuhan Brigadir J Disebut Tak Bisa Hapus Perbuatan Pidana Sambo

Ia menjelaskan, dalam kondisi normal, Ferdy Sambo akan terlihat sebagai figur yang baik dalam kehidupan sosial dan patuh terhadap aturan norma. Mantan Kepala Divisi (Kadiv) Profesi dan Keamanan (Propam) Polri itu juga disebut dapat menutupi kekurangan dan masalah yang dimilikinya, 

"Jadi bukan berarti yang bersangkutan tidak mampu melanggar norma dan menggunakan kecerdasannya untuk melindungi diri di dalam situasi-situasi terdesak," kata Reni.

Ia juga menyebutkan, perilaku Ferdy Sambo yang notabene orang Sulawesi Selatan (Sulsel) terpengaruh dengan budaya Siri Na Pacce. Reni menjelaskan, budaya Siri Na Pacce yang merupakan filosofi hidup masyarakat Sulsel mempengaruhi bagaimana pertimbangan-pertimbangan keputusan dan emosi serta kepribadian Ferdy Sambo.


"Jadi ada mudah harga dirinya terganggu apabila dia kehormataannya itu terganggu, dan dapat menjadi orang yang dikuasai emosi, tidak terkontrol, tidak dapat berpikir panjang terhadap tindakan yang dilakukan," ungkap Reni.

Jaksa penuntut umum (JPU) pun bertanya kepada Reni apakah kepribadian Sambo yang dikatakan bisa dikuasai emosi tersebut masih relevan meski pun dia sudah lama menggeluti bidang hukum dan memiliki pengalaman di bidang reserse.

"Dalam keadaan normal itu ada upaya-upaya rasional untuk mengendalikan diri, tapi di dalam situasi ada hal-hal yang memang mengganggu kondisi emosinya dan self-esteem (kepercayaan diri)-nya, ini yang kemudian bisa menjadi orang yang sangat dikuasai emosi," jawab Reni.

Baca Juga: Kriminolog Tepis Isu Pemerkosaan Putri Candrawathi, Pengacara Brigadir J: Pulihkan Martabat Keluarga

"Ada kebutuhan tinggi dukungan dari orang lain untuk mengambil keputusan besar, apakah bisa terefleksikan dari bekerja sama dengan orang-orang yang ia percayai?" tanya JPU di Pengadilan Negeri Jaksel dalam sidang kasus Brigadir J.

"Betul pak, bisa seperti itu bentuknya," jawab Reni.

"Artinya dia membutuhkan dukungan dan masukan dari orang-orang sekitarnya yang dia percaya untuk mengambil keputusan besar?" tanya JPU lagi.

"Bisa seperti itu," jawab Reni di sidang Ferdy Sambo Cs itu.

Baca Juga: Sambo Kerja Seperti Biasa Usai Tahu Isu Pelecehan Istrinya, Kriminolog: Pasti Pembunuhan Berencana

Sebelumnya, Reni menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap 30 orang saksi, terduga korban, dan tersangka dalam kasus Brigadir J.

Ia menyebut, tim pemeriksa terdiri dari 12 orang yang merupakan anggota Apsifor dalam himpunan psikolog Indonesia. Tim tersebut melakukan pemeriksaan sejak 28 Juli hingga 24 Agustus 2022.

"Fokusnya adalah pada profil psikologis masing-masing pihak yang kemudian dikaitkan dengan perilaku yang terkait dengan perkara ini," kata Reni.

Ia juga menyatakan menggunakan pemeriksaan multimethod atau menggabungkan beberapa metode sekaligus dan tidak hanya menggunakan satu alat tes untuk mengukur kecerdasan serta kondisi emosi/psikososial dari para terdakwa.

Untuk mengurangi subjektivitas, kata dia, satu orang yang diperiksa akan bertemu beberapa orang dari 12 orang psikolog.

Baca Juga: Ahli Forensik Pemeriksa Pertama Beberkan Lintasan Peluru dari 7 Luka Tembak Masuk Tubuh Brigadir J

 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x