YOGYAKARTA, KOMPAS.TV – Beberapa hari terakhir, publik digegerkan dengan kasus dugaan pembunuhan yang dilakukan seorang anak terhadap ayah, ibu, serta kakak kandungnya, yang disebut diracun dengan arsenik.
Kasus pembunuhan menggunakan racun bukan kali pertama terjadi di Indonesia, dan sering kali menarik perhatian.
Keracunan arsenik terjadi saat seseorang secara sadar atau tidak sadar, mengonsumsi arsenik dalam kadar berbahaya.
Keracunan arsenik dapat terjadi karena menelan, menyerap, atau menghirup bahan kimia tersebut.
Seseorang bisa terpapar arsenik melalui air tanah yang terkontaminasi, tanah yang terinfeksi, serta batu dan kayu yang diawetkan dengan arsenik.
Dilansir Healthline, seseorang yang terpapar arsenik dalam jangka panjang dapat berisiko terkena kanker, di antaranya kanker kandung kemih, kanker darah, kanker sistem pencernaan, kanker hati, kanker paru-paru, kanker ginjal, kanker prostat, dan kanker kulit.
Dampak lain dari keracunan arsenik adalah dapat menyebabkan komplikasi kesehatan lain seperti diabetes, penyakit jantung, dan neurotoksisitas.
Baca Juga: Kasus Keluarga Tewas Diracuni, Pelaku Sempat Campur Zat Arsenik ke Minuman Dawet!
Bahkan, pada ibu hamil, keracunan arsenik dapat menyebabkan komplikasi janin atau cacat lahir setelah melahirkan.
Seperti dilansir Healthline, berikut gejala-gejala umum keracunan arsenik:
Masih dikutip dari sumber yang sama, orang yang terpapar arsenik dalam jangka panjang berisiko mengalami sejumlah gejala, di antaranya kulit menjadi gelap, sakit tenggorokan terus-menerus, dan masalah pencernaan yang membandel.
Baca Juga: Pelaku Beli Arsenik dan Sianida Lewat Online
Segera kunjungi penyedia layanan medis apabila menemui gejala mengarah pada keracunan arsenik.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), gejala jangka panjang cenderung terjadi pada kulit dan dapat muncul dalam waktu lima tahun setelah terpapar. Kasus keracunan ekstrem dapat menyebabkan kematian.
Keracunan arsenik harus didiagnosis oleh dokter. Ini tidak hanya akan membantu mendapatkan perawatan yang tepat, tetapi juga akan mengetahui penyebab lainnya, sehingga dapat membatasi paparan di masa mendatang.
Pengukuran kadar arsenik dalam tubuh dapat dilakukan dengan tes darah, kuku, rambut, maupun air seni.
Tes urine paling sering digunakan dalam kasus paparan akut yang terjadi dalam beberapa hari.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), tes-tes lainnya mengukur paparan jangka panjang, sedikitnya enam bulan.
Kelemahan dari tes-tes ini adalah mereka hanya dapat mengukur jumlah arsenik yang tinggi di dalam tubuh.
Namun, tes-tes ini tidak dapat menentukan efek samping yang segera terjadi akibat paparan. Namun, mengetahui bahwa Anda memiliki kadar arsenik yang tinggi dalam tubuh, dapat membantu Anda mengubah gaya hidup, jika diperlukan.
Tidak ada metode khusus yang digunakan untuk mengobati keracunan arsenik. Cara terbaik untuk mengobati kondisi tersebut adalah dengan menghilangkan paparan arsenik.
Pemulihan sepenuhnya mungkin tidak akan terjadi selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Semua tergantung pada berapa lama Anda telah terpapar arsenik. Tingkat keparahan gejala Anda juga bisa berperan.
Suplemen vitamin E dan selenium telah digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk membatasi efek paparan arsenik.
Namun, penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk membuktikan bahwa vitamin E dan selenium adalah metode pengobatan yang ampuh untnuk menangani keracunan arsenik.
Sumber : Kompas TV/Healthline
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.