Baca Juga: Anggota Komisi XI DPR Ingatkan Pemerintah soal Potensi Inflasi akibat Kenaikan Harga BBM
"Meskipun dengan penyesuaian menjadi Rp10 ribu, masih ada kompensasi yang harus dibayar pemerintah karena nilai keekonomian Pertalite di atas Rp14 ribu," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, jika harga Pertalite dan Solar tidak dinaikkan, pemerintah butuh tambahan dana sekitar Rp198 triliun.
Namun masalahnya, pemerintah kesulitan mendapatkan dana tambahan itu. Alokasi subsidi sebesar Rp502 triliun yang diajukan pemerintah dan disetujui DPR, sudah habis.
Bendahara Negara ini memaparkan, anggaran subsidi Rp502 triliun saja sebenarnya sudah membengkak dari alokasi awal, yang hanya sebesar Rp152,1 triliun.
Baca Juga: Bansos Cair Karena BBM Mau Naik, Pengusaha: Kita Enggak Siap Sekarang
Jika jumlah itu ditambah dengan Rp198 triliun, maka total subsidi akan mencapai Rp700 triliun.
Ia juga menjelaskan harga keekonomian Solar mencapai Rp13.950 per liter, jauh lebih tinggi dari harga jual di masyarakat yang sebesar Rp5.150 per liter.
Sementara Pertalite harga keekonomiannya mencapai Rp14.450 per liter, namun harga jual di masyarakat hanya sebesar Rp7.650 per liter.
Sedangkan subsidi Rp502 triliun dibutuhkan saat konsumsi BBM mencapai 23 juta kiloliter, sedangkan hingga akhir tahun diprediksi total konsumsi BBM mencapai 28 juta kiloliter.
Sementara konsumsi Solar diperkirakan mencapai 17,2 juta KL hingga akhir tahun, padahal kuota yang ditetapkan untuk tahun ini hanya sebesar 14,91 juta KL.
Baca Juga: Curhat Sri Mulyani Soal Hitungan Subsidi BBM Rp 502 Triliun Banyak Dinikmati Kalangan Mampu
"Pertanyaannya 'ibu mau nambah (anggaran subsidi BBM) atau enggak?' Kalau nambah dari mana anggarannya? Suruh ngutang?," ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komite IV DPD RI, Kamis (25/8/2022). Dikutip dari Kompas.com.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.