Menurut Anam, hal ini penting untuk melihat sesuatu yang telah diperoleh oleh Komnas HAM, dan untuk melihat constraint atau batasan waktu dan untuk melihat konteks yang terjadi dalam konstrain waktu itu.
“Termasuk yang saya bilang di awal, soal tertawa-tertawa. Kita tanya, ini kondisinya tekanan atau tidak? ‘Gimana mau tekanan, orang ketawa-ketawa kok tekanan’. Banyak yang ngomong demikian,” lanjutnya.
Ia melanjutkan, ada kekhususan pertanyaan untuk masing-masing orang, karena di struktur peristiwa, yang menurut catatan Komnas HAM, mempunyai kontribusi sendiri.
“Misalnya Bharada E, itu kontribusinya apa dalam struktur peristiwa, ya kami tanya soal begitu. Jadi spesifikasi pertanyaan tidak di Bharada E, tapi di semua ajudan. Tapi, semua ajudan memiliki pertanyaaan yang sama,” ungkapnya.
Menurut Anam, pihaknya memeriksa para ajudan tersebut secara terpisah, dan tidak dalam ruangan yang sama.
Hal itu, kata Anam, agar pihaknya mendapatkan berbagai kekayaan informasi yang diperlukan untuk terangnya peristiwa.
“Masing-masing orang dimintai keterangan oleh masing-masing dari anggota tim kami,” katanya.
Pendamping para ajudan ini, kata dia, sama sekali tidak berada di dalam ruangan yang sama dengan mereka.
Baca Juga: 7 Ajudan Ferdy Sambo Dimintai Keterangan, Komnas HAM: Diperiksa Secara Terpisah, Pertanyaan Sama!
Anam mengatakan, itu merupakan otoritasn Komnas HAM, dan pihaknya diberikan keleluasaan yang sangat besar.
“Terima kasih pada teman-teman kepolisian. Komitmen dari Ketua Timsus memang demikian. Jadi komuniksi kami dengan Pak Irwasum, dengan Pak Waka, ya komitmennya adalah membuka seluas-luasnya,” katanya.
“Jadi, para pendamping ini hanya duduk di ruangan saya, yang lain di ruang pemeriksaan yang sifatnya satu-satu,” tegasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.