JAKARTA, KOMPAS.TV – Wakil Ketua Dewan Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah, Faiz Rafdhi, pun memberikan tanggapan soal gagasan duet NU-Muhammadiyah untuk Pilpres 2024 itu.
Ia pun menyebut, Muhammadiyah menyambut baik gagasan menduetkan NU-Muhamadiyah untuk Pilpres 2024 mendatang.
Namun ia juga menegaskan, PP Muhammadiyah tetap netral urusan pilpres.
Tanggapan ini muncul saat pihaknya didatangi Ikatan Cendekiawan Muslim (ICMI) Muda dan menyatakan akan membawa pesan soal NU-Muhammadiyah untuk Pilpres 2024 ke pimpinan tertinggi di Muhammadiyah.
“Kami mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh ICMI Muda. Saya kira ini malah mendahului yang lain," pungkas Faiz Rafdi dikutip dari Tribunnnews, Kamis (30/6/2022).
“Umat Islam saat ini termasuk juga Ormas Islam di dalamnya merasakan problem bangsa yang sama. Kebetulan hari ini ICMI Muda mengawali membangun sebuah gerakan keummatan ini," sambungnya.
Ia juga menegaskan akan membawa pesan soal duet NU-Muhammadiyah untuk Pilpres 2024 di agenda ke Muktamar.
Sebagai informasi, Muktamar Muhamamadiyah adalah forum tertinggi Muhammadiyah dan akan digelar pada 18-22 November di Surakarta.
"PP Muhammadiyah menyambut baik upaya gerakan keummatan ini. PP Muhammadiyah akan membawa pesan ICMI Muda tersebut dan berharap masuk pembahasan dalam agenda Muktamar bahkan menjadi rekomendasi Muktamar jika memungkinkan,” lanjutnya.
“Namun ini perlu kajian serius. Meski demikian, bicara politik 2024 semua sangat mungkin. Termasuk duet Muhammadiyah-NU,” tambahnya.
Faiz juga menambahkan bahwa PP Muhammadiyah sangat berkepentingan terhadap Pilpres 2024 bukan pada nama atau figur tertentu, namun lebih pada nilai-nilai dari kepemimpinan.
"Yaitu baldatun toyyibatun wa robbun ghofur," tambahnya.
Meski begitu, ia menegaskan, PP Muhammadiyah konsisten untuk tidak terjun di politik praktis.
“Muhammadiyah itu wasatiyah, Muhamamdiyah menjadi rumah bangsa, Muhamamdiyah relatif di tengah dan tidak tergoda ke kanan ke kiri dan terus konsisten menjaga itu. Dan ini tidak mudah, ini penting bagi Muhammadiyah. Muhammadiyah konsisten dengan tidak tergoda politik praktis,” ungkapnya.
Baca Juga: Ketua MPR RI Sebut ICMI Tidak Harus Jadi Gincu dan Organisasi Kaleng-Kaleng, Apa Maksudnya?
Gagasan itu datang dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Muda yang mulai bersafari ke beberapa ormas Islam, mulai dari MUI hingga PP Muhammadiyah.
Ketua Dewan Istiqamah ICMI Muda yang juga penggagas gerakan NU-Muhammadiyah untuk Pilpres 2024, AM Iqbal Parewang, menyebutkan pentingnya perjuangan mewujudkan kepemimpinan umat itu.
Ia mengungkapkannya saat berkunjung ke PP Muhammmadiyah.
Iqbal mencontohkan bagaimana dampaknya jika kepemimpinan nasional tidak berpihak pada umat dan bangsa.
"Kita tahu 5 persen sekolah menengah di Indonesia milik Muhammadiyah. Bahkan perguruan tinggi Muhammadiyah lebih banyak dari perguruan tinggi negeri. Itu kontribusi luar biasa,” jelasnya saat berkunjung ke PP Muhammadiyah, dikutip dari Tribunnews pada Kamis (30/6/2022).
“Tetapi dari anggaran pendidikan Rp 169 triliun pada APBN 2022, misalnya, berapa yang menetes ke sekolah Muhammadiyah? Terlalu kecil, itupun kalau ada," imbuhnya.
Masalah pendidikan seperti itu, lanjut Iqbal, bersumbu utama pada kepemimpinan nasional di bidang pendidikan yang seperti tidak berpihak pada umat dan berarti mayoritas bangsa ini.
Parahnya lagi, masalah kepemimpinan bukan cuma terjadi di pendidikan, tapi juga di berbagai bidang lainnya.
"Solusinya, perlu rekonstruksi kesadaran tentang kepemimpinan nasional. Jelasnya, sesuai ijtihad siyasah kami di ICMI Muda, perlu tampil duet NU dan Muhammadiyah memimpin bangsa ini. Dan untuk itulah, ICMI Muda menginisiasi gerakan yang kami sebut Pilpres 2024, Duet NU-Muhammadiyah," urai Iqbal Parewangi.
Iqbal Parewangi yang juga ketua Badan Kerjasama Palemen DPD RI 2014-2019 itu juga mengingatkan angka statistik survei publik, bahwa sekitar 54 persen pemilih di Indonesia berafiliasi dengan NU dan Muhammadiyah.
Sumber : Kompas TV/Tribunnews
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.