Kriteria MABIMS, kata dia, ditetapkan pada 2021 setelah melalui proses yang panjang.
Kriteria baru MABIMS tersebut menggunakan kriteria optimalistik dan mengharuskan ada unsur yang perlu dipenuhi, di antaranya tinggi bulan 3 derajat serta elongasi (sudut antara bulan dan matahari dilihat dari bumi) 6,4 derajat.
"Hari ini tinggi bulan kurang dari tiga derajat, hilal terlalu rendah, masih sangat tipis sekali," jelas Prof. Thomas.
Ia menjelaskan, Muhammadiyah menggunakan acuan garis tanggal pada saat maghrib 29 Juni 2022. Di Indonesia, posisi bulan telah memenuhi kriteria Wujudul Hilal.
"Tetapi kalau menggunakan kriteria baru MABIMS, belum memenuhi kriteria, artinya bulan terlalu tipis untuk mengalahkan cahaya syafak," terangnya.
Oleh karena itu, menurutnya, akan ada potensi perbedaan penentuan Hari Raya Iduladha tahun ini.
Muhammadiyah dengan hisab kriteria Wujudul Hilal menetapkan Iduladha pada 9 Juli 2022, sedangkan hisab yang menggunakan kriteria baru MABIMS berpeluang tidak berhasil rukyat pada 29 Juni.
"Oleh karena itu, Iduladha berpotensi (jatuh pada) 10 Juli 2022," kata Thomas.
Di Arab Saudi, imbuhnya, ada peluang hilal terlihat pada 29 Juni, maka kemungkinan Iduladha di Tanah Suci jatuh pada 9 Juli 2022.
Ia menjelaskan, penetapan tersebut tidak dapat disamakan secara global, karena waktu ibadah mestinya mengacu pada waktu wilayah lokal.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.