JAKARTA, KOMPAS.TV — Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan musim kemarau di sebagian wilayah Indonesia pada tahun 2022 akan mundur atau lebih lambat dari normalnya.
Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, hal tersebut terjadi lantaran La Nina atau peningkatan curah hujan masih akan terus terjadi hingga pertengahan 2022.
"Maka awal musim kemarau di Indonesia diprakirakan mundur pada 133 zona musim atau 47,7 persen zona musim akan mengalami musim kemarau mundur atau lebih lambat dari normalnya," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring, Jumat (18/3/2022).
Meski begitu, ia menyebut ada sebanyak 29,8 persen diperkirakan akan mengawali musim kemarau pada bulan April 2022. Terutama di zona musim sebagian Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa.
Baca Juga: BMKG: Balapan MotoGP Mandalika 2022 Berpotensi Hujan Lebat, Waspada!
Selain itu, sebanyak 22,8 persen zona musim pada bulan Mei meliputi sebagian Bali, Jawa, sebagian kalimantan, Maluku, dan sebagian Papua. Adapun 23,7 persen zona musim lainnya pada bulan Juni.
"Sedangkan, 90 zona musim atau 26,3 persen memasuki musim kemarau sama dengan normalnya seperti pada rentang tahun 1991-2020," jelas Dwikorita.
Lebih lanjut, Dwikorita menerangkan bahwa kondisi iklim di Indonesia sangat bergantung pada kondisi di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.
"Berdasarkan pemantauan di dua samudera tersebut, di Samudera Pasifik ekuator La Nina masih berlangsung. Dan samudera hindia menunjukkan dalam kondisi netral. Kondisi tersebut baru akan mulai melemah pada periode Maret-Mei 2022," terangnya.
Sementara itu, kata Dwikorita, awal musim kemarau umumnya berkaitan erat dengan angin monsun asia menjadi angin monsun Australia.
"Hingga Februari 2022 angin monsun asia masih cukup kuat dengan normalnya diprakirakan masih berlangsung hingga Maret 2022," ucap mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.