JAKARTA, KOMPAS.TV - Mayjen TNI Maruli Simanjuntak resmi diangkat menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) menggantikan Jenderal Dudung.
Surat keputusan pengangkatan Mayjen TNI Maruli Simanjuntak yang merupakan menantu Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan itu telah ditandatangani oleh Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa pada Jumat (21/1/2022) malam.
Sebelum menjabat sebagai Pangkostrad, Mayjen TNI Maruli menjabat sebagai Pangdam IX/Udayana.
Maruli diangkat menjadi Pangdam IX/Udayana pada November 2020, menggantikan Mayjen Kurnia Dewantara yang memasuki masa pensiun.
Sejak menjabat Panglima Kodam IX/Udayana pada 23 November 2020, Mayjen TNI Maruli Simanjuntak telah menjalankan berbagai program untuk masyarakat, mulai dari pembangunan hingga pengendalian Covid-19.
Program unggulan Mayjen TNI Maruli Simanjuntak ialah pembangunan pompa hidram yang tersebar di wilayah Bali dan Nusa Tenggara.
Dia menargetkan 200 titik pompa hidram untuk memberikan pasokan air bersih bagi masyarakat. Perhatian ini diberikan Pangdam IX/Udayana yang wilayahnya kesulitan mengakses air bersih.
"Target kami ada 200 pompa hidram. Kami berdiskusi banyak masukan dari masyarakat tentang pertanian. Ada yang tidak punya air. Ada juga yang tadah hujan. Padahal ada sungai di situ. Dengan adanya pompa hidram bisa dimanfaatkan untuk pertanian," ujar Maruli kepada Tribun Bali, Selasa 24 Agustus 2021 lalu.
Baca Juga: Panglima TNI Tanda Tangani Pengangkatan Mayjen TNI Maruli Simanjuntak sebagai Pangkostrad
Mayjen Maruli Simanjuntak yang merupakan suami dari Paulina Pandjaitan ini lahir pada 27 Februari 1970.
Maruli diketahui adalah lulusan Akademi Militer (Akmil) 1992 yang berpengalaman di Infanteri Kopassus dan Detasemen Tempur Cakra.
Sebelum menjabat sebagai Pangdam IX/Udayana, Mayjen Maruli menjabat sebagai Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres) sejak tahun 2018.
Saat itu Maruli menggantikan Mayjen (Mar) Suhartono yang dirotasi menjadi Komandan Korps Marinir.
Maruli juga pernah menjadi Komandan Grup A Pampampres pada tahun 2014. Dari Komandan Grup A Paspampres, Maruli promosi jabatan dan mengemban amanat sebagai Komandan Korem 074/Warastratama (Solo).
Dilansir Kompas.com, 30 November 2018, sebelum menjabat sebagai Danpaspampres, Maruli menjabat sebagai Kepala Staf Komando Daerah Militer IV/ Diponegoro.
Maruli menggantikan Mayjen TNI (Mar) Suhartono yang dirotasi menjadi Komandan Korps Marinir berdasarkan Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1240/XI/2018 yang ditandatangani Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kamis (29/11/2018).
Pada April 2017, Maruli kembali bergabung dalam korps Paspampres dan menjabat sebagai Wakil Komandan Paspampres.
Pada Oktober 2018, Maruli kembali dirotasi menjadi Kasdam IV/Diponegoro.
Baru satu bulan mengemban jabatan tersebut, Maruli kembali mendapatkan promosi sebagai Komandan Paspampres.
Jabatan baru itu membuat pangkat di pundak Maruli naik menjadi dua bintang atau Mayor Jenderal (mayjen).
Baca Juga: Sosok Mayjen TNI Maruli Simanjuntak, Pernah di Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan hingga Pangkostrad
Maruli juga berpengalaman dalam Infanteri Kopassus dan Detasemen Tempur Cakra.
Pada tahun 2013-2014, Maruli menjabat sebagai Komandan Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura, Sukoharjo.
Saat itu, sejumlah anak buahnya terlibat penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, DIY dan membunuh pelaku pembunuhan terhadap seorang anggota Kopassus.
Namun, Maruli sempat membantah keterlibatan anggotanya tersebut. Menurutnya, dia sudah memeriksa anak buah dan senjata anggota Kopassus.
"Gudang rapih. Senjata juga semua dicek. Tidak ada yang digunakan semalam," kata Maruli Simanjuntak, seperti dilansir Kompas.com, Sabtu (23/3/2013).
Namun dalam perjalanannya, dari hasil penyelidikan diketahui sejumlah personel Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan terlibat dalam penyerangan Lapas Cebongan.
Diberitakan Kompas.com, Rabu (10/4/2023), waktu itu, Tim Pengacara Muslim pimpinan Mahendradatta menawarkan diri jadi penasihat hukum 11 anggota Kopassus yang menjadi tersangka penyerangan Lapas Cebongan, Sleman.
"Kami melihat bahwa tidak semua 11 anggota adalah pembunuh, jangan sampai digebyah uyah (pukul rata) semua dianggap bersalah. Harus ada pembelaan maksimal terhadap tindakan setiap pelaku yang sesuai porsinya. Jadi jangan sampai dipukul rata karena setiap anggota mempunyai peran yang berbeda beda," kata Mahendratta saat itu.
Kala itu, Maruli menyatakan terima kasih kepada TPM. Namun kasus tersebut sudah ditangani oleh TNI AD sendiri.
"Bagus sekali, dan terima kasih atas support-nya. Namun yang mengurus semua ini dari Angkatan Darat," jawab Maruli.
Baca Juga: Resmi! Ditandatangani Panglima TNI, Mayjen TNI Maruli Simanjuntak Jabat Pangkostrad
Baca Juga: Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa Beri Bocoran, Pangkostrad akan Dijabat Jenderal Bintang 2
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.