JAKARTA, KOMPAS.TV - Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo atau biasa disapa Romo Benny mengungkapkan pentingnya melakukan pencegahan tindak intoleransi yang kerap terjadi di Indonesia.
Rohaniawan Katolik itu lantas menjelaskan, paling tidak ada dua faktor yang bisa membuat intoleransi di Indonesia berkurang.
“Saya rasa yang pertama, yaitu perlu ditegakkan regulasi di mana hukum menjadi supremasi. Jadi kalau ada kasus intoleransi yang tidak sesuai dengan UUD 45 dan Pancasila itu harus diproses dan ditindak,” ujarnya seperti dikutip KOMPAS TV dari Antara, Sabtu (8/1/2022).
Kedua, lanjutnya, adalah penyelesaian lewat jalur musyawarah mufakat. Bagaimana caranya?
Hal itu, kata Romo Benny, bisa dilakukan melalui dialog, saling pengertian, saling memahami, yang mendorong kesadaran untuk kembali menjadi saudara sebangsa dan setanah air.
“Dengan kesadaran tersebut, akan terbangun kehidupan yang guyub, rukun serta masyarakat dapat meluapkan aksi bela rasa yang lemah dan tersisih, termasuk menyadari nilai kemanusiaannya,” ungkapnya.
Baca Juga: Saat Kakak Beradik Bertemu, Menag Yaqut dan Gus Yahya Bicara 2022 sebagai Tahun Toleransi
Alumni Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana Malang, jawa Timur, ini juga memandang pentingnya moderasi beragama sebagai jembatan nilai-nilai toleransi.
Ia bahkan menyebut bahwa moderasi beragama sudah bukan hal baru bagi bangsa ini.
“Moderasi itu sudah tidak asing bagi bangsa Indonesia, dari moderasi akan menghasilkan umat yang toleran terhadap perbedaan. Moderasi menjadi bagian ekspresi dari cara berbicara bangsa Indonesia untuk hidup berdampingan,” jelasnya.
Romo Benny yang merupakan salah satu pendiri Pergerakan Manusia Merdeka bersama Presiden Keempat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) lantas menjelaskan, perlu adanya program untuk mendukung hal ini.
Baca Juga: Bentuk Toleransi Antar Umat Beragama, Banser Jember Ikut Serta Amankan Jalannya Ibadah Natal
Benny juga menyampaikan, perlu upaya yang simultan untuk memaksimalkan program pemerintah terkait moderasi beragama guna membangun budaya toleransi di tengah masyarakat.
Menurutnya, strategi percepatan moderasi beragama dapat dimulai dari lingkup pendidikan.
“Pertama, Melalui pendidikan. Ini dimulai dari pendidikan keluarga yang mana kita mengenalkan bahwa perbedaan itu indah, dan dikenalkan bahwa Indonesia itu terdiri atas berbagai suku, ras, dan agama. Lalu juga melalui pendidikan di sekolah,” ujar Romo Benny.
Kedua, memaksimalkan potensi dunia digital, yang menurutnya, dapat dilakukan dengan cara memperbanyak konten moderasi dan praktik kehidupan beragama serta konten dalam konteks budaya dan Pancasila.
“Sehingga (melalui konten digital), banyak memperkenalkan indahnya keragaman, kerja sama, dan kolaborasi meskipun berbeda bisa hidup rukun. Banyak praktik positif di berbagai daerah Indonesia yang bisa diangkat,” katanya.
Baca Juga: Presiden Jokowi Ajak PBB Serius Lawan Intoleransi, Konflik, Terorisme, dan Perang
Dia menyampaikan, pentingnya dukungan dan peran para tokoh agama maupun tokoh masyarakat terkait toleransi ini.
Hal ini, menurutnya, penting untuk ikut bergerak mendorong percepatan moderasi beragama di Indonesia. Ini sesuai untuk mewujudkan 2022 sebagai tahun toleransi.
“Peran tokoh sangat penting, mereka harus bisa mengaktualisasikan nilai-nilai kemajemukan dan keragaman menjadi hartitus bangsa, artinya dalam khotbahnya harus memberikan kesejukan, komitmen kepada keutuhan hidup berbangsa dan bernegara. Maka tokoh agama menjadi kekuatan besar untuk mempromosikan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari,” kata Romo Benny.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.