"Saat uji klinik fase II, sebenarnya kita menguji (vaksin Zifivax) di dua dosis dan tiga dosis," kata Mahendra.
"Dua dosis sebenarnya cukup untuk memberi perlindungan (terhadap virus corona SARS-CoV-2). Cuma, kami enggak cukup dengan hanya cukup. Jadi kami ingin (hasil) yang excellent, karenanya kami lanjutkan ke tiga dosis," sambungnya.
Baca Juga: BPOM Rilis Efikasi Vaksin Zifivax buat Varian Delta Capai 77,47 persen, tapi Bukan untuk Booster
Selain hal tersebut, tim peneliti mengaku belajar dari vaksinasi untuk penyakit lain yang biasanya memberikan lebih dari dua dosis untuk perlindungan jangka panjang.
Mahendra mencontohkan seperti vaksinasi DPT, hepatitis B, dan polio yang biasanya diberikan tiga dosis. "Kemudian dari penelitian juga dikatakan bahwa tubuh membutuhkan pembelajaran untuk memberi kekebalan yang sempurna," ungkap dia.
"Jadi mungkin saat diberikan dosis pertama antibodi hanya muncul sedikit, dosis kedua bertambah antibodinya, dan dosis ketiga lebih sempurna lagi."
Kata Mahendra, pemberian tiga dosis untuk vaksin Zifivax berdasar pada penelitian dan pembuktian di manusia melalui uji klinik.
Vaksin Zifivax menggunakan platform rekombinan protein subunit untuk memicu respons imun.
Dilansir dari laman Precision Vaccinations, ZifiVax adalah vaksin subunit protein yang menggunakan bentuk dimer dari receptor-binding domain (RBD) sebagai antigen, bagian yang tidak berbahaya dari virus SARS-Cov-2.
Pengembangan vaksin menggunakan platform rekombinan protein sudah pernah dilakukan sebelumnya, kata Mahendra. Salah satunya untuk pembuatan vaksinasi Hepatitis B yang juga diberikan tiga dosis.
Baca Juga: Dapat Izin Penggunaan dari BPOM, Vaksin Zifivax Diklaim Halal dan Memiliki Efikasi 81 Persen
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.