Lebih lanjut, Andi menjelaskan, fenomena blue moon yang benar-benar memancarkan cahaya biru, dapat terjadi, namun sangat langka.
Dia juga menegaskan hal itu tidak ada hubungannya dengan kalender, fase bulan atau jatuhnya musim, melainkan akibat dari kondisi atmosfer.
Hanya abu vulkanik, droplet di udara, atau jenis awan tertentu yang dapat menyebabkan bulan purnama tampak kebiruan.
Sebagai informasi, Bulan Biru Musiman terjadi sedikit lebih jarang daripada Bulan Biru Bulanan, yakni dalam 1.100 tahun antara 1550 dan 2650, hanya ada 408 blue moon musiman dan 456 blue moon bulanan.
Dengan demikian, baik musiman maupun bulanan, blue moon terjadi kira-kira setiap dua atau tiga tahun.
Baca Juga: Muncul Deteksi Bibit Siklon Tropis, BMKG: Tak Berpengaruh, Potensi Hujan karena Fenomena Lain
Purnama Sturgeon
Berdasarkan keterangan di laman resmi LAPAN, dalam Almanak Petani Maine di Amerika Serikat, Purnama yang terjadi pada malam nanti dinamakan sebagai Purnama Sturgeon.
Hal ini dikarenakan pada bulan Agustus, ikan Sturgeon (ikan penghasil kaviar) muncul ke permukaan danau sehingga mudah ditangkap.
Purnama ini juga memiliki nama lain: Purnama Jagung Hijau (Green Corn Moon), Purnama Ceri Hitam (Black Cherry Moon), dan Purnama Terbang Tinggi (Flying Up Moon).
Bulan Biru Musiman, sebelumnya juga pernah terjadi pada 19 Mei 2019 dan 22 Mei 2016.
Fenomena ini akan terjadi kembali pada 20 Agustus 2024 dan 20 Mei 2027.
Baca Juga: Fenomena Warna Sungai Berubah Jadi Hijau, Dinas Lingkungan Hidup Lakukan Penelitian Sampel
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.