JAKARTA, KOMPAS.TV- Dalam beberapa hari terakhir ini merupakan hari buruk bagi seniman mural di tanah air. Sebab setidaknya ada tiga seni mural yang dihapus di tiga lokasi berbeda, yaitu dua di Banten tepatnya Batuceper dan tigaraksa, dan satu lagi Pasuruan.
Mural di kolong jembatan Batuceper menggambar wajah seorang pria, yang mirip wajah Jokowi, dengan tulisan "404:Not Found,". Sementara di Tigaraksa, bukan gambar hanya tulisan besar berwarna putih berbunyi, "Tuhan Aku Lapar".
Dan kemudian di Pasuruan, Jawa Timur, berupa gambar sosok kartun dengan tulisan, "Dipaksa Sehat di Negeri yang Sakit".
Baca Juga: Mural Mirip Jokowi Dihapus, Moeldoko: Presiden Orangtua Kita, Jangan Sembarangan Bentuk Gambar
Saat ini, pembuat mural di Batuceper sedang diburu aparat kepolisian. Sementara pembuat mural di Tigaraksa didatangi polisi ke rumahnya.
Belum selesai dengan mural, sejumlah selebaran berisi kritikan di Klaten, Jawa Tengah, juga menarik perhatian. Salah satu selebaran berbunyi, "17 Agustus tahun ini temanya bertahan hidup, dipaksa sehat di negara sakit, PPKM sampai mampus".
Aparat kepolisian pun harus nmengusut selebaran berisi sindiran penanganan Covid-19 itu. Kapolres Klaten AKBP Eko Prasetyo mengaku telah memerintahkan jajarannya untuk melakukan penyelidikan terkait hal ini.
"Saat ini Polri, dalam hal ini Polres Klaten sedang melakukan penyelidikan terhadap selebaran-selebaran yang ada di wilayah Klaten, terkait perpanjangan PPKM," kata Eko dalam keterangannya, Rabu (18/8).
Baca Juga: Mural Kritik Pemerintah Dihapus Satpol PP, Dinilai Ganggu Pengguna Jalan
Seniman lukis Yayak Yatmaka, yang pernah dikejar aparat di masa Orde Baru karena lukisan-lukisan kritiknya, mengungkapkan bahwa kondisi saat ini sama seperti zaman Orde Baru. "Sama seperti Orde Baru," katanya dalam acara "Satu Meja The Forum" di KOMPAS TV, Rabu (18/8/2021).
Yayak juga mempertanyakan, mengapa pelukis mural sampai harus diburu? "Kalau sudah ketemu mau diapakan?" tanyanya.
Menurutnya, dengan menghapus dan mengejar pelukis mural bahkan bisa membuat banyak orang melukis hal sejenis. "Nanti orang-orang akan menulis di tembok: bubarkan polisi, bubarkan satpol PP," jelasnya.
Menurut lelaki yang pernah bermukim di Jerman ini, mural-mural yang dipermasalahkan itu sangat bagus jadi tidak usah dihapus. "Kalau ada gambar (mural), jangan dihapus jangan asal ngecat. Ajak kerjasama, ajak ngegambar bareng," katanya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.