JAKARTA, KOMPAS.TV - Anton Medan diketahui menghebuskan nafas terakhir di kediaman pribadinya, Kampung Bulak Rata, Kelurahan Pondok Rajeg, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Senin (15/3/2021) sore.
Pria pemilik nama asli Tan Hok Liang itu diketahui sudang menyiapkan liang lahat untuk dirinya sejak 19 tahun silam.
Kuburan yang bakal menjadi tempat peristirahatan terakhirnya itu berada di area pondok Pesantren Attaibin yang berlokasi di Kampung Bulak Rata RT 2/8, Kelurahan Pondok Rajeg, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Mengutip TribunnewsBogor, tim reportase pernah berangkat kesana dan berkesempatan mendatangi lokasi liang lahat atau kuburan yang akan menjadi tempat disemayamkannya jasad Mubalig pemilik nama Ramdhan Effendi itu.
Makam Anton Medan ternyata berada ditengah pesantren yang dibangunnya sejak 19 tahun lalu sekitar tahun 2002.
Sejak dulu almarhum memang bercita-cita membangun sebuah pondok pesantren bagi mualaf Tiong Hoa dan mantan narapidana yang ingin belajar agama.
Pada tahun 2002 cita-citanya pun terwujud membangun sebuah pondok pesantren.
Menurut Deni, kuburan itu memiliki kedalaman sekitar 160 centimeter dan panjang 2 meter.
"Tadinya engga ditutup meja, tapi takutnya bahaya akhirnya ditutup jadi lebih terlihat rapih," kata dia.
Kuburan tersebut sudah tertutup atap yang sangat rapi.
Disekiling lokasi yang akan dijadikan tempat pemakaman itu pun tampak lantainya sudah berbalut keramik
Saat itu, lokasi kuburan tersebut dijadikan pendopo bagi tamu yang berkunjung ke Pondok pesantren tersebut.
Disekiling makam pun tampak terdapat sofa hitam yang dipasang tepat disamping kuburan yang tertutup meja.
Selain Pondok Pesantren, dilokasi tersebut pun dibangun yayasan dengan mendirikan sekolah.
"Ada sekolahnya juga dan asrama untuk siswa, dulu itu yang tinggal di asrama bisa sampai 500 orang," ungkapnya.
Deni Chunk menjelaskan, berdirinya pondok pesantren Attaibin bermula ketika Tan Kok Liong atau yang dikenal dengan nama Anton Medan ingin menysiarkan Islam dengan membangun pesantren ini tahun 2002 lalu.
"Cita-cita bapak (Anton medan) ingin bangun pesantren untuk mualaf tionghoa, makannya didirikan pondok pesantren ini,"
"Pembangunan sekitar dua tahun, baru mulai beroperasi pada tahun 2004," tutur Deni.
Sekolah yang didalamnya juga terdapat pondok pesantren bagi mantan narapidana dan mualaf tionghoa ini berdiri dilahan seluas 1,6 hektare.
Namun sayang, saat ini yayasan sudah tidak aktif lagi seperti beberapa tahun lalu.
Saat ini yang masih tersisa hanya pondok pesantren bagi eks napi serta mualaf tionghoa yang ingin belajar ilmu agama.
"Iya yayasan sudah tutup dari tahun 2012, kalau pesantrennya sih masih tetap berjalan. Malahan setiap bulan itu ada saja eks napi yang datang untuk mondok di sini," terangnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.