SOLO, KOMPAS.TV - Seorang anak di Desa Karanganom, Kecamatan Sukadono, Sragen harus menjalani amputasi setelah menerima pijat di sebuah tempat pengobatan alternatif.
Anak bernama Muhammad Fauzi itu diamputasi setelah tangannya melepuh. Tim dokter dari RS Ortopedi Prof dr. Soeharso Solo terpaksa mengamputasi lengan kanan Fauzi karena khawatir infeksi akan menjalar ke bagian tubuh lainnya.
Fauzi awalnya bermain dengan teman-temannya pada Rabu (3/2/2021). Saat itu, seorang teman mendorongnya. Fauzi jatuh dengan menumpukan badan ke tangannya.
Baca Juga: Kurangi Bekerja di Atas Tempat Tidur Saat WFH, 6 Dampak untuk Kesehatan
Akibatnya, tangan kanan Fauzi pun patah. Karena tak punya biaya untuk berobat ke rumah sakit, pihak keluarga membawa Fauzi ke tempat pengobatan alternatif pijat di Kecamatan Gesi.
Namun, bukannya sembuh, tangan Fauzi malah melepuh setelah tiga hari menjalani pijat.
Relawan dari Komunitas Pecinta Alam dan Sosial (Kompas) Sukodono yang aktif berkegiatan di sekitar rumah Fauzi menyarankan untuk membawa anak itu ke rumah sakit.
“Fauzi akhirnya dibawa ke RS Karima Utama Kartasura pada Sabtu (6/2/2021). Ia sudah dijadwalkan menjalani operasi penyambungan tulang pada Minggu (7/2/2021), namun sebelumnya harus menjalani pemeriksaan oleh dokter saraf,” tutur Setyanto Agung Wibowo, relawan Kompas Sukodono, dikutip dari Solopos.com.
Menurut dokter yang menangani Fauzi, saraf-saraf di lengan anak yatim itu sudah rusak karena salah penanganan saat pijat. Itulah yang menyebabkan tangan Fauzi melepuh.
Dokter mengatakan, anak yatim itu harus menjalani operasi penyembuhan syaraf sebelum operasi penyambungan tulang. Ia pun dirujuk ke RS Ortopedi di Solo.
Namun, ternyata tangan Fauzi tak bisa diselamatkan. Dokter terpaksa mengamputasi tangan anak berumur 5 tahun itu.
Fauzi sudah bisa pulang ke rumah sejak Senin sore.
“Semoga psikologis dan semangatnya bangkit lagi,” kata Agung.
Baca Juga: Ingin Dapat Energi Positif saat Bangun Pagi? Kebiasaan Buruk Ini Harus Dihindari Ya
Menanggapi kasus itu, dokter spesialis bedah ortopedi Asa Ibrahim Zainal Sadikin berharap hal ini tak lagi terjadi di kemudian hari.
“Semoga tidak terjadi lagi di indonesia kasus amputasi tangan pada anak akibat pengobatan alternatif patah tulang,” cuit dokter Asa melalui akun Twitter @asaibrahim.
Ia pun menghimbau masyarakat untuk tak gegabah memilih pengobatan alternatif saat mengalami patah tulang.
“Malah banyak lebih mahal pengobatan alternatif tertentu… Berkali2, tiap dateng bayar. sembuh, enggak. cacat, iya… Jangan sampe terjadi pada kamu/keluargamu ya,” tambahnya lagi.
Asa juga me-retweet ulang cuitan lamanya. Menurut Asa, pengobatan alternatif dapat menyebabkan cacat hingga kematian dalam kasus patah tulang.
“[K]alo ada masalah kasus patah tulang dsb, ke dokter dulu yaaaa … Kalo kasusnya ringan, ke dukun palingan bengkok2 dikit, kaku, tapi masi bisa sembuh… Kalo kasusnya berat? Jgn salah, bisa jadi berujung amputasi/kematian,” tulis Asa dalam salah satu cuitannya.
Ia memberi contoh, ada satu kasus di mana orang yang menderita patah tulang menjalani pijat dan akhirnya berujung kematian.
Dalam kasus itu, pasien meninggal setelah mengalami asidosis metabolik atau produksi asam tubuh berlebihan dan tetanus. Pasien sempat mengalami kejang berkali-kali.
Pasien sebelumnya mengalami patah tulang terbuka.
Patah tulang terbuka(dgn luka/robek pada kulit) itu KONDISI YG SGT BERBAHAYA!segera ke dokter!jgn di urut2 alternatif
— asa ibrahim (@asaibrahim) December 18, 2020
Pasien patah tulang,lukanya kecil,dibawa urut2 bbrpa hari
Ga sembuh,tambah parah,baru dibawa ke medis,terlambat!
Komplikasi!bhkan sampai menyebabkan kematian pic.twitter.com/DUgcQ8I84G
“Jadi yg namanya patah tulang itu ada dua jenis, yg pertama patah tulang tertutup (tdk ada luka) dan patah tulang terbuka (ada luka),” jelas Asa.
Asa menyebut, patah tulang terbuka dengan luka robek ini berbahaya atau “kegawatdaruratan”.
“Berbahaya karena ada lukanya, kalau tidak ditangani dgn baik bisa terjadi infeksi dan komplikasinya, mulai dari infeksi tulang, gagal penyatuan tulang, bhkan sperti pd kasus ini, sampai menyebabkan kematian. Lukanya hanya kecil, disepelekan, pdhl bisa jadi jalur masuk bakteri,” ungkap Asa.
Baca Juga: Kisah Pilu Seorang Ibu Yang Kehilangan 3 Anaknya Dalam Kebakaran Saat Menghangatkan Diri di Texas
Ia mengatakan, patah tulang terbuka harus segera ditangani dokter bedah paling lambat 6-8 jam setelah mengalami luka.
Asa tak menyarankan pula membungkus area yang patah dengan kardus dan serbet serta sekadar menopangnya dengan kayu.
“Meskipun pada patah tulang tertutup juga sebaiknya segera dibawa ke medis, karena tdk jarang patah tulang tertutup jg bisa menimbulkan komplikasi, terutama pada patah tulang yg dibebat dgn sangat kuat oleh alternatif hingga tangannya ga dpt darah,” kata Asa.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.