JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia menyetujui penggunaan obat antivirus (remdesivir) dengan merk dagang Covifor untuk pasien Covid-19.
Obat yang bisa menghentikan replikasi virus ini diproduksi perusahaan farmasi generik terkemuka di India dan produsen obat antiretroviral terbesar di dunia bernama Hetero.
Produksi remdesivir menggunakan standar yang telah disetujui oleh otoritas regulasi global yang ketat seperti USFDA dan EU.
Baca Juga: Unair Teliti 5 Senyawa Untuk Obat Corona, Diklaim Lebih Ampuh dari Avigan dan Chloroquine
Dalam waktu dekat obat antivirus ini akan didistribusikan untuk pasien Covid-19 di Indonesia melalui PT. Kalbe Farma sebagai distributor yang bekerja sama dengan anak perusahaan Hetero bernama PT Amarox Pharma Global.
Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius menjelaskan harga Covifor yang akan beredar di Indonesia sekitar Rp3 juta per vial atau per dosis.
Menurut Vidjongtius nantinya harga dapat disesuaikan jika ke volume permintaan Covifor mengalami peningkatan.
"Harga ini sangat bergantung pada volume. Jadi jika volume meningkat maka harganya juga bisa ditinjau kembali," ujar Vidjongtius saat konfrensi pers secara virtual, Kamis (1/10/2020).
Baca Juga: Unboxing & Review Kalung Antivirus Corona Kementan
Lebih lanjut Vidjongtius menjelaskan obat antivirus Covifor nantinya hanya dijual dan dipasarkan di rumah sakit. Hal ini berdasar keputusan BPOM yang menyetujui obat remdesivir sebagai obat.
"Jadi semua penangannya atau distribusi obat covifor ini akan langsung ke rumah sakit. Tidak bisa ke instalasi lain atau apotek, tapi langsung ke rumah sakit," ujanya.
Manfaat obat remdesivir
Obat remdesivir hanya ditujukan untuk pengobatan pasien Covid-19 berusia 12 tahun ke atas dengan berat badan minimal 40 kilogram dengan kondisi parah.
Baca Juga: Apa Bedanya Kalung Antivirus Corona Buatan Kementan vs Kalung Shout Out Jepang?
Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, dr. Erlina Burhan, Sp.P (K)., M.Sc., Ph.D menjelaskan bahwa remdesivir dapat menghambat replikasi virus sehingga tidak terjadi keparahan lebih lanjut dan sistem imun pasien dapat mengendalikan virus.
Seperti kita tahu, virus corona memasuki sel manusia yang diinfeksikan melalui suatu reseptop di permukaan sel yang disebut Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2).
ACE2 adalah enzim yang menempel pada permukaan luar (membran) sel-sel beberapa organ seperti saluran napas, paru-paru, arteri, jantung, ginjal, dan usus.
Erlina menjelaskan, setelah virus berikatan dengan sel jaringan paru-paru kemudian akan mereplikasi atau memperbanyak diri. Fungsi dari remdesivir adalah mencegah terjadinya proses replikasi.
Baca Juga: Kabar Baik, Uji Klinis Vaksin Covid-19 ke Sukarelawan Tidak Ditemukan Efek Samping
Menurut Erlina obat-obatan yang selama ini dipakai seperti Avigan hanya bagus atau menunjukkan keefektifan pada pasien Covid-19 dengan kasus ringan hingga sedang. Namun tidak untuk pasien Covid-19 berat.
"Diharapkan dengan masuknya remdesivir (ke tubuh) akan menghambat sintesis dari RNA virus sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih luas," ujarnya, dikutip dari Kompas.com.
Efek samping
Lebih jauh Erlina menjelaskan obat remdesivir diberikan melalui infus dengan pantauan dokter. Hari pertama 200 miligram, hari berikutnya bisa sampai 5 sampai 10 hari diberikan sebanyak 100 miligram.
Baca Juga: 102 Juta Orang Akan Disuntikkan Vaksin Covid-19, Ini 6 Kelompok yang Diprioritaskan!
"Ini diinfuskan bersama NaCL 0,9 persen," ujarnya.
Efek samping dari remdesivir diduga akan memengaruhi hati atau liver dan juga ginjal.
Oleh sebab itu, sambung Erlina, RSUP Persahabatan akan melakukukan uji coba pada 25 pasien Covid-19 dalam kondisi berat.
"Dalam uji coba itu, kita akan mengeluarkan pasien-pasien yang juga memiliki masalah sakit liver atau sakit ginjal," ujar Erlina.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.