JAKARTA, KOMPAS.TV - Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia meluncurkan program Gerakan Pemberdayaan Komunitas Guru Madrasah (Garda Kagum) di Kantor Kementerian Agama, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Rabu (12/08).
Garda Kagum adalah klasterisasi Kelompok Kerja Guru, Musyawarah Guru Mata Pelajaran, Musyawarah Guru Bimbingan Konseling, Kelompo Kerja Madrasah, dan Kelompok Kerja Pengawas, dalam jalur koordinasi yang terkontrol.
Dalam kelompok ini, guru akan berada dalam situasi terus belajar dan mengembangkan diri.
Baca Juga: Kepala Dinas Pendidikan: Saya Tidak Percaya Gaji Guru Honorer Masih Ada yang Rp 200 Ribu
Kegiatan tersebut dihadiri Menteri Agama, Direktur Jenderal Pendidikan Islam dan perwakilan guru dari pelbagai provinsi di Indonesia dengan tetap menerapkan dan menjaga protokol kesehatan.
Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi mengungkapkan, program ini merupakan upaya mendorong guru dan tenaga kependidikan madrasah dagar meningkatkan kompetensi dan profesionalitasnya dengan berbasis komunitas.
"Dalam kondisi pandemi, pemberdayaan guru berbasis komunitas menemukan urgensi yang lebih besar,” ujar Fachrul Razi.
Menurut Menag, guru-guru di daerah-daerah dapat bersatu dalam komunitas yang diprakarsai oleh Kementerian Agama, sehingga di antara mereka terjadi saling tukar informasi maupun terobosan dalam meningkatkan mutu belajar mengajar.
Untuk itu Kemenag akan menyiapkan dana hibah yang menunjang kegiatan tersebut.
Terkait hal ini Kemenag menyiapkan block grant bagi 25.920 komunitas guru di tingkat Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, madrasah Aliyah, Kelompok Kerja Madrasah, dan Kelompok Kerja Pengawas.
Jumlah dana hibah yang disiapkan mencapai Rp. 1,8 Triliun dengan skema penerimaan dua kali untuk setiap kelompok dalam empat tahun, masing-masing Rp 35 juta.
Selanjutnya, Fachrul Razi berharap program ini menjadi wahana pembinaan profesi guru secara mandiri, tidak terus menerus top down. Dengan cara menggerakkan dari dalam, program ini diharapkan lebih fleksibel, efisien, dan tepat sasaran.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani mengatakan, penerima manfaat akhir dari program ini program ini adalah anak didik di madrasah. Dengan membaiknya kualitas guru tentu saja pembelajaran akan semakin maksimal.
Baca Juga: Buntut Warga Ciumi dan Perebutan Jenazah Diduga Covid, Wali Kota Kumpulkan Tokoh Agama
Sebelumnya, Kemenag telah melakukan pemetaan kompetensi guru dan tenaga kependidikan berdasarkan pada problem kompetensi dan profesionalitas secara lokal.
Bila mereka terikat komunitas yang dinamis, maka guru-guru yang selama ini statis dan sulit mengubah rutinitas akan menjadi lebih tercerahkan.
Sebaliknya guru-guru yang inovatif dapat berbagi ilmu dan keahlian kepada sesamanya.
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Kemenag, Suyitno menjelaskan, sebanyak 78 ribu madrasah di Indonesia masih belum memiliki kualitas yang setara.
Masih ada disparitas yang besar dalam hal kualitas. Selama ini sejumlah program pembinaan sudah dilakukan, namun basis komunitas adalah lompatan luar biasa.
Era digital menuntut sumberdaya manusia yang bermutu tinggi. Dalam menghadapi era digital yang progresif, dibutuhkan guru visioner dan mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif, inovatif, dan melek teknologi.
"Komunitas yang akan dibentuk kemenag akan dikontrol sampai tingkat rayon dan sub rayon, sehingga terjadi pergerakan yang pasti. Komunitas ini juga akan diberikan stimulasi agar dapat mendorong organisasi pembelajaran, dedikasi, loyalitas dan profesionalitas guru," kata Suyitno, menegaskan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.