Kompas TV lifestyle tren

Bukan FOMO, Kini Tren JOMO Makin Diminati

Kompas.tv - 11 November 2024, 10:42 WIB
bukan-fomo-kini-tren-jomo-makin-diminati
Fenomena FOMO Yang Terjadi di Lingkungan Remaja dan Gen Z (Sumber: Kompas Klasika - Kompas.id)
Penulis : Switzy Sabandar | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Tidak hanya tren FOMO (fear of missing out), tren JOMO alias joy of missing out juga akan semakin diminati masyarakat. Kebalikan dari FOMO, JOMO akan membuat seseorang merasa senang saat tak perlu harus mengikuti segala hal yang sedang naik daun.

JOMO diyakini dapat memberikan dampak baik bagi kesehatan mental seseorang, tidak seperti FOMO yang dapat memberikan efek negatif. Kebiasaan ini tentunya menjadi solusi dari masalah FOMO yang kerap dirasakan masyarakat saat ini.

Melansir Cleveland Clinic, JOMO adalah konsep untuk menemukan kesenangan dan kepuasan, memilih untuk melewatkan suatu aktivitas, dan memprioritaskan pada perawatan diri. Konsep ini membantu melatih kita untuk bisa memilih sesuatu yang ingin diikuti, bukan memilih apa yang membuat kita merasa tidak nyaman.

Baca Juga: Apa Itu Fenomena FOMO yang Terjadi di Lingkungan Remaja dan Gen Z?

Dalam sebuah studi mengungkapkan, JOMO dapat menjadi pilihan konsep yang lebih baik karena dapat memberikan rasa nyaman dan menjaga diri dari sesuatu yang tidak diinginkan. Konsep JOMO dapat dilakukan dengan melepaskan diri dari semua media, mulai merawat diri, terhubung kembali dengan momen yang tengah dilakukan, dan belajar mencoba menghargai kedamaian dan kesendirian.

Kebiasaan yang mampu ubah FOMO jadi JOMO

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengubah kebiasaan dari FOMO menjadi JOMO.

1. Kurangi waktu berselancar di media sosial

Media sosial dirancang untuk membuat kita terus kembali dan terlibat. Notifikasi, update terus-menerus, dan konten menarik lainnya dapat memicu FOMO dan membuat kita merasa harus terus terhubung.

Dengan mengurangi waktu di media sosial, kita memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan aktivitas yang lebih produktif.

2. Atur aktivitas harian

Kadang kita terjebak dalam rutinitas padat dan merasa harus hadir di setiap acara, meskipun kita tidak sepenuhnya merasa antusias atau nyaman. Namun, penting untuk berhenti sejenak dan menilai kembali apakah partisipasi kita benar-benar memberi manfaat.

Jika merasa bahwa sebuah acara atau kegiatan membuat Anda merasa tidak nyaman, atau bahkan bisa menambah stres. Anda dapat membatalkannya, pasalnya kegiatan yang tidak menyenangkan dapat menyebabkan burnout atau kelelahan mental.

3. Jangan multitasking

Multitasking justru membuat kita menjadi kurang produktif. Otak manusia tidak dirancang untuk memproses banyak informasi secara bersamaan. 

Ketika kita beralih dari satu tugas ke tugas lainnya, otak membutuhkan waktu untuk beradaptasi, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap tugas menjadi lebih lama. Multitasking juga dapat memicu stres dan kecemasan karena kita merasa terbebani oleh banyak tugas yang harus diselesaikan. 

Selain itu, rasa takut ketinggalan informasi penting (FOMO) juga dapat memperparah kondisi ini.

4. Berani menolak

Baca Juga: 5 Dampak Buruk FOMO untuk Kesehatan Mental

Di tengah tren FOMO, kita kerap merasa terdorong untuk menerima segala permintaan atau undangan. Bahkan ketika kita merasa tidak nyaman atau sudah kewalahan. 

FOMO bisa membuat kita terjebak dalam siklus over-commitment, di mana kita terlalu banyak mengambil tanggung jawab tanpa mempertimbangkan dampaknya pada diri kita sendiri. Belajar untuk mengatakan "tidak" pada waktu yang tepat bisa menjadi langkah penting untuk menjaga keseimbangan hidup. 

Ketika kita tidak merasa terbebani oleh kegiatan yang tidak sesuai dengan nilai atau tujuan kita, kita bisa lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar penting.


 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x